ISTIMEWA OBAT KANGEN KAMPUNG : NASI TIWUL dan PECEL MBAH PONI
Tulisan ini sebelumnya hanya di blog pribadi. Dinikmati hanya oleh beberapa orang teman saja. Sangat terbatas. Terdorong untuk menyebarluaskan informasi tentang makanan daerah maka dilakukan perbaikan tulisan. Walau tulisan sebelumnya di tanggal 19 juni 2022.
"Musim PTS kah sekarang ?", tanya istri. "Ya, benar", jawab saya enteng.
"Kalau Ibu ada PTS juga kan ?", tanya saya.
"Ya", jawab istri.
Kesibukan dalam mengolah nilai dan entri data di komputer tak bisa dihindari. Alhasil kita membagi-bagi waktu sesuai urutan keperluan. Ada yang tergeser dari posisi pertama yakni memasak sayuran. Kaya klasemen sepakbola ya.
Kita akan mencari sayuran yang siap santap saja. Ga perlu rempong. Sasaran utama adalah pasar kaget Bumi Harapan yang dekat dengan rumah. Tempat berkumpul masyarakat sekitar untuk saling memenuhi kebutuhannya. Namun hanya ada satu hari, Minggu saja.
Mbah Poni nama beliau menyebutkan namanya setelah berkenalan. Dari namanya saja sudah jelas ya, dia keturunan Jawa. Hari-hari berbahasa Sunda yang bercampur aduk dengan dialek khas Jawa sehingga sangat mudah dikenali banyak orang. Usianya sudah diatas 70 tahun, tapi tubuhnya masih sehat dan nampak segar.
Berlokasi persis di depan bangunan permanen. Berjejer tiga ruko di belakangnya. Mbah Poni berdagang tidak sendirian, sisi kiri dan kanan ada pedagang celana olah raga dan pedagang roti. Satu tempat terisi oleh banyak pedagang.
Berjualan pecel yang nampak sama seperti halnya pedagang pecel lainnya, namun ada yang berbeda. Tidak memakai plang nama maupun mencantumkan harga tapi pembeli selalu ada. Bahkan dagangannya senantiasa habis setiap kali jualan, katanya dengan omongan khas orang tua berbahasa Sunda tapi logat Jawa.