Bu Teti memberikan komentar. "Ya lah jadi kita tunggu saja tanggal mainnya. Ingat loh bukan dalam hitungan setahun. Itu pun paling baru di kota besar saja".
Jadi kita harus bagaimana dong, ibu-ibu kompak bertanya ke Pak Rahmat. Sekarang, nikmati saja gas subsidi pemerintah. Ga usah berpikir yang lain-lain. Terserah mau disebut miskin juga ga apa-apa. Yang masih menggunakan tungku dan kayu bakar pun lebih baik, karena gratis. Asal tidak menebang pohon di hutan.
Bu Sofia, mengatakan Dampak kenaikkan harga BBM saja, saya belum stabil dalam pengelolaan keuangan. Masih morat-marit. Masih miskin ilmunya, jadi rada lama untuk bisa menyikapinya.
Saya mencoba menyikapi dengan besar hati bahwa program ini sudah pasti niatan yang baik dari pemerintah. Bukan hanya kepepet waktu yang tinggal dua tahun lagi. Program kompor listrik bakal bergulir pada waktunya, tapi bukan dalam hitungan bulan. Bisa jadi hitungan tahun. Sasaran pun bisa jadi dimulai di kota kota besar.
Program kompor listrik terkait dengan PLN, walau pihaknya sesumbar ga bakalan kekurangan daya, meski bahan bakunya berupa batu bara. Perlu dicatat bahwa masih mati listrik di saat musim hujan tiba. Apakah ketersediaan batu bara pun mencukupi ? Kita tunggu pihak-pihak terkait menyampaikannya.