Teringat akan obrolan dengan ortu Cekawood beberapa hari yang lalu, Pak Subhan  serasa ditarik kembali pikirannya untuk berbicara dengan anak Pak Catur. Dia memutuskan untuk mengajak ngobrol Cekawood.
Doa-doa yang dipanjatkan Pak Subhan Syukri rupanya gayung bersambut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitu kata pepatah melayu. Hanya dengan kekuatan doa dia menceritakan kecemasan, kegundahan, dan meminta solusi atas masalah yang dihadapi.
"Ya Allah, Engkau yang titipkan dia kepada Pak Subhan, Engkau pula lah yang melembutkan hatinya. Hanya kepadaMu aku memohon agar dia dilembutkan hatinya. Semoga orangtua Cekawood bangga dengan sikap-sikap terpujinya, aamiin", lirih doa Pak Subhan di kegelapan malam.
"Pak Cekawood sudah hadir di kelas, barusan berpapasan di pintu masuk kelas kita", Â celoteh Cuki memberitahu Wali Kelasnya dengan nada senang di koridor depan kelas 11 MIPA 4.
"Bener nih ?", Pak Subhan pun sigap menjawab.
"Ya Pak, tengok saja ke kelas", ajaknya.
"Nanti Bapak ke sana ya, sekarang bapak ngajar di kelas 11 MIPA 4 dulu ya", Pak Subhan mencoba menenangkan Cuki yang nampak senang karena temannya sudah kembali sekolah.
Sehari itu Pak Subhan memang aga padat jam ngajarnya. Dari sembilan jam pelajaran ada dua jam pelajaran yang kosong. Kesempatan yang akan dia gunakan untuk mencari tahu mengapa Cekawood sampai tidak masuk sekolah.
"Bismillahirrohmaanirrohim", Pak Subhan mengucapkannya dengan lirih. Dia tak mau ketinggalan moment berharga tanpa ucapan doa.
Berbegas menuju kelas 11 MIPA 5 dimana Cekawood berada. Langkah tegap dan penuh dengan kepastian bahwa Allah akan mudahkan urusan.
"Assalamu'alaikum", Pak Subhan ucapkan salam sekaligus ketuk pintu kelas 11 MIPA 5. Terlihat dari jendela kelas, yang sedang mengajar adalah Pak Adi guru mata pelajaran Sejarah.