Salah satu anak saya yang bersekolah di kelas 2 sekolah menengah kejuruan tergolong lihai bermain game terutama adalah game PUBG. Kabarnya sekarang beralih ke jenis permainan hampir mirip yakni free fire.
Faktanya adalah teman-temannya sering minta bimbingan melalui pembicaraan telepon cara-cara bermain.
Selain itu dalam permainan tim ia lebih dominan mengarahkan teman-temannya dalam mengatur strategi tentang arah, tindakan dan posisi apa yang musti dilakukan saat bermain berkelompok.
Satu lagi yang jadi ukuran adalah tim mereka pernah berada pada posisi 4 besar dari 150 orang peserta umum game PUBG yang diselenggarakan di sebuah mall ternama di kota saya pada awal 2020 sebelum merebaknya Covid-19.
Ketergantungannya pada game bukan melalui proses yang singkat. Dari sejak balita ia sudah tertarik dengan game. Sama dengan sejumlah orang tua lainnya yang berkemampauan ingin memanjakan anaknya dengan game saya pun beberapa kali membelikannya dari PS2, PS3, PS P (portable) dan PS4.
Semuanya telah jadi barang rongsokan dan dikasi ke orang kecuali PS P masih tersimpan dan masih berfungsi hingga saat ini.
Tetapi sejak kelas 3 SMP dia lebih gandrung bermain game di HP yang spesifikasinya jauh di atas saya. Di sana ia bisa bermain game (tampaknya) sepuas hati mengenakan head set, yang membahana suaranya. "Biar mantap, ayah" katanya pada saya seakan tidak merasa betapa tidak sukanya saya melihatnya nyaris maniak pada game.
Hampir setiap waktu bersama duduk dan berbaring tangannya tak lepas bermain game di HP. Sedang ada keperluan dengannya pun jawabannya "sebentar lagi ayah" atau "siap ini mak," maksudnya sampai game over.
Kadang di kamarnya terlihat betapa serius ekpresinya dan pembicaraannya menghayati permainannya. Terdengar beberapa kali pukulan ke dinding entah kesal karena apa.
Dia menghabiskan waktunya terlalu lama pada game meskipun dia dapat mengatur waktu bersekolah on line. Kehadirannya dalam belajar on line termasuk bagus alias tidak ada keluhan dari guru atau sekolahnya. Semua PR dan tugas-tugas pelajaran tidak ada kendala. Hal ini dipertegas oleh laporan sekolah berupa rapor, nilainya di atas 8 semua.