Kini 39 tahun atau 4 dekade pasca Anwar Sadat menjadi martir untuk sebuah damai dengan Israel langkahnya ketika itu banyak ditentang banyak negara sahabat kini telah mulai berbalik arah menjadi diminati negara Arab dan timur tengah.
Mau tapi malu. bersedia tapi gengsi, berdamai tapi takut dianggap khianat, tidak sesuai jihad anti Yahudi dan zionis atau apapun senada dengan itu mulai bergelayut sejumlah negara termasuk negara Arab dan Timur Tengah.
Hal yang sama juga terjadi pada bibi Netayahu. Mungkin benar ia berada di KSA tetapi memilih merahasiakannya daripada mempublikasinnya. Bukan khawatir jadi martir di Yerussalem oleh ultranasionalis Yahudi, seperti Anwar Sadat alami ditangan jihad Islam di Kairo tetapi lebih memilih pada merahasiakan prosesnya sampai segalanya telah deal.
Terlepas dari apapun kepentingan politik (sementara) yang memaksa negara-negara Arab dan Israel berbaikan, normalisasi hubungan dengan musuh cepat atau lambat pasti akan terjadi ketika sama-sama menghadapi musuh yang atau memiliki tujuan yang sama.
Suatu saat mungkin benar apa yang pernah Yasser Arafat tuding tentang perdamaian palsu itu meskipun 4 dekade Mesir telah buktikan tidak ada yang keliru dibalik normalnya hubungan kedua negara, setidaknya tidak ada pengaruh negatif Israel pada Mesir.
Apakah Indonesia akan mengambil langkah yang sama suatu saat nanti? Tampaknya musti dikaji dalam-dalam dan mungkin pengecualian terjadi di sini. Bukan karena senyum Anwar Sadat tidak berlaku di sini tetapi lebih karena beda sudut pandang melihatnya.
abanggeutanyo