Banyak analisa awalnya menduga Covid-19 akan berakhir dalam 3 bulan setelah puncak inkubasinya. Faktanya, seiring berjalannya perang terhadap corona, virus tersebut justru semakin kuat mempertahankan diri.
Kemampuannya beradaptasi dan mampu memperbanyak diri hingga terbagi dalam beberapa tipe dan makin "menggila" memberi pesan virus tersebut tidak mudah dijinakkan sampai saat ini.
Ekspektasi berakhirnya pandemi Covid-19 dalam beberapa bulan melenceng dari harapan, yang terjadi malah sebaliknya, muncul ekspektasi serangan gelombang kedua bahkan ketiga di mana-mana.
Presiden Jokowi memperingatkan bakal terjadinya serangan gelombang ke dua virus corona pada 28 Juli 2020. Sesuatu ucapan yang kini menimbulkan kecaman di kalangan masyarakat karena dianggap memberi efek kejut yang dapat berimplikasi negatif kemana-mana.
"Kita tetap harus waspada kemungkinan dan antisipasi kita terhadap risiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021," kata Jokowi
Akan tetapi istialh "gelombang kedua" virus corona telah ada sejak Mei 2020 lalu. Pada April 2020, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memperkirakan puncak pandemi di Indonesia akan dimulai pada Mei dan berakhir Juli 2020, tulis Kompas.com edisi 28/7/2020.
Meskipun di Indonesia baru "mengenal" gelombang kedua tetapi di beberapa belahan dunia telah duluan mengenal istilah tersebut sehubungan dengan serangan virus corona makin menggila.
Seperti tahu bakal ada vaksinnya dalam 2 bulan ke depan sang virus pun bergeliat tak kepalang tanggung. Akibatnya penderita Covid-19 kembali membuncah dimana-mana tak terkecuali Indonesia, jumlah orang terinfeksi virus corona di Indonesia saja telah tembus 111.000 orang per 3 Agustus 2020.
Kini timbul lagi istilah baru, yaitu "gelombang ketiga" serangan virus corona (third wave). Istilah ini muncul ketika Hong Kong dihadapkan pada kasus terbaru yakni 100 terinfeksi selama 3 hari berturut-turut (1-3 Agustus 2020). Menurut penyelidikan, peningkatan dalam 3 hari itu berasal dari asisten rumah tangga dan anak buah kapal yang masuk ke Hong Kong.
Sesungguhnya istilah gelombang ke tiga (Third Wave) virus corona telah diprediksi jauh sebelumnya yakni pada Mei 2020 lalu oleh beberapa ahli, diantaranya disampaikan oleh Lothar Wieler pada 6 Mai 2020 atau hampir 3 bulan yang lalu.
Menurutnya, "dunia musti mempersiapkan diri untuk menghadapi gelombang kedua bahkan gelombang ketiga pandemi virus corona sebelum populasi (dunia) mempunyai kekbalan yang cukup terhadap virus," ujar pimpinan Robert Koch Insititute tersebut. (Sumber: di sini)