Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Percaya Diri Saja Tidak Cukup, Butuh Komitmen untuk Indonesia 2030

25 Juni 2020   16:38 Diperbarui: 26 Juni 2020   17:50 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Sumber: suara.com. Diedit dan tambahkan oleh penulis

Berdasarkan hasil polling di sini sebuah lembaga survei berbasis di Australia itu menyimpulkan Jokowi adalah salah satu kepala negara paling tidak percaya diri dalam kaitan hubungan internasional, sebagaimana dilansir Kompas.com edisi 24 Juni 2020.

Berdasarkan itu mari kita telusuri apa sesungguhnya mendasari Lowy Institute menarik kesimpulan tersebut dalam beberapa penjelasan berikut ini.

Grafik di bawah ini memperlihatkan tingkat rasa percaya diri Jokowi dalam menangani isu hubungan internasional ternyata sangat rendah di mata orang Australia. 

Sebanyak 66% responden mengatakan rasa percaya Jokowi sangat rendah dan 30% menilai rasa percaya diri Jokowi sangat baik dan sisanya menjawab tidak tahu.

Sumber: poll.lowyinstitute.org/charts
Sumber: poll.lowyinstitute.org/charts
Tapi jangan grusa-grusu dulu karena ada yang lebih tidak percaya diri dibanding Jokowi, yaitu Donald Trump dan lebih hebat lagi Kim Jong-Un yang menempati posisi paling buncit dalam pemilihan berdasarkan survei yang melibatkan 2.448 respon orang Australia.

Dalam keadaan atau kondisi Indonesia kurang percaya diri untuk meraih era emas 2030 apakah dapat mencapai impian 10 tahun akan datang tersebut, terlebih lagi masih dalam pusaran dampak negatif dari Covid-19.

Ternyata bisa, sebab Indonesia memiliki 3 potensi alam yang sangat berlimpah ruah dan nyaris tidak habis-habisnya setidaknya untuk 10 tahun ke depan yaitu bidang pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Bagaimana mengolah ketiga potensi SDA tersebut di tengah kebutuhan energi yang semakin meningkat untuk 10 tahun ke depan perlu percaya diri presiden dan percaya diri rakyat Indonesia serta percaya diri semangat kerjasama memberantas praktek-praktek yang kontraproduktif dengan usaha mencapai tujuan pada 2030 tersebut.

Berdasarkan analisis yang didapatkan dari sumber McKinsey Global Institute, pada 2030 Indonesia akan menghadapi kebutuhan yang tidak dapat diatasi dari produksi dalam negeri sehingga harus impor, terutama adalah :

Kebutuhan terhadap bidang pertanian dan perikanan semakin meningkat. Diharapkan petani dan nelayan dapat memenuhi kebutuhan domestik sendiri sebesar 60%. 

Dalam kondisi tersebut jika mampu menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi Indonesia justru akan menjadi pengeskpor produk pertanian dan perikanan untuk internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun