Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Berharap Harga Minyak Turun Malah Premium dan Pertalite Punah

20 Juni 2020   08:25 Diperbarui: 22 Juni 2020   10:10 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi BBM. Sumber gambar : rappler.com. Diedit dan tambahkan oleh penulis

Risiko menggunakan bensin beroktan rendah serta dampaknya terhadap kinerja mesin berkompresi rendah atau tinggi kurang menarik perhatian masyarakat. Faktanya selama ini jarang terdengar masyarakat komplain pada bensin 88 (premium) apalagi terhadap bensin 90 (pertalite) terkait mesin kendaraan mereka. 

Dirjen ESDM sebalumnya telah menetapkan ke dua produk pertamina tersebut sebagai produk berstandar dan bermutu, tergolong bensin tanpa timbal (TT) melalui beberapa kali SK Dirjen sebelumnya, salah satunya SK Dirjen Migas bertanggal 13 Maret 2006 saat itu dalam keputusan nomor duanya adalah berbunyi sebagai berikut :

Sumber : jdih.esdm.go.id. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Sumber : jdih.esdm.go.id. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Alasan lainnya, strategi memperoleh pemasukan bagi negara melalui "penjualan" produk berharga mahal kepada masyarakat adalah dugaan. Oleh karenanya masyarakat pasti tidak akan tertarik pada alasan ini meskipun tujuannya baik.

Sama seperti usia kekuasaan ada batasnya, SK pun ada batas berlakunya seperti kedua SK di atas jika Bensin 88 dan 90 benar-benar musnah tinggal kenangan

Tetapi memusnahkan dua primadona bahan bakar andalan masyarakat disebutkan di atas pada saat orang sedang menanti turunnya harga BBM dan terjadi saat pendapatan masyarakat (bahkan negara) sedang gonjang-ganjing diamuk covid-19 sangatlah tidak tepat meskipun alasannya demi protokoler teknologi Euro-4 dan pelestarian lingkungan (alam).

Haruskah sebuah negara sedang berkembang yang didera oleh sejumlah persoalan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan ekonomi dan disparitas penghasilan dengan gap sangat jauh musti tunduk pada protokoler era industri otomotif euro 4 dan mungkin sebentar lagi era euro 5?

Sangatlah ironis JIKA Pertamina "membunuh" kedua produk unggulan masyrakat tersebut. Jika dipaksakan yang akan terjadi akan sangat kontradiktif dengan tujuan sejati Pertamina (peningkatan volume penjualan dan laba) yakni:

  • Menurunnya penggunaan bahan bakar secara massif di seluruh tanah air
  • Biaya perjalanan, pengiriman dan sejenisnya akan meningkat
  • Bertambahnya pengangguran
  • Melemahnya pendapatan masyrakat
  • Dalam jangka pendek akan memperkecil volume penjualan dan laba pertamina

Diharapkan para komisaris Pertamina kali ini berani memberi pandangan pada Erick Thohir yang tampaknya seperti kehilangan arah akibat dipaksa menjadi mesin ATM untuk membiayai negara pada masa paceklik saat ini.

Idealnya Pertamina dapat mempertahankan dua primadona terebut dan solar dalam kondisi paceklik saat ini agar warga dapat memulai era new normal kembali dari merangkak pelan-pelan lalu bisa berjalan hingga "berlari" kencang kembali beraktifitas seperti sedia kala. Toh pencapaian akhirnya adalah meningkatkan GDP yang akan membawa aneka dampak positif pada sisi ekonomi makro negara.

Jika lambat laun masyrakat dipaksa menerima keputusan tersebut paling juga hanya bisa pasrah. Tetapi kemungkinan besar hasilnya sangat kontraproduktif dengan harapan disebutkan di atas.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun