Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Penyihir Jadi Penyair, Senjakala Tiba

3 Mei 2020   20:02 Diperbarui: 3 Mei 2020   20:05 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar ilustrasi dari boards.na.leagueoflegends.com

Gemuruh manteraku dalam deru ombak samudera Pasifik tak sebanding binar merah matanya tampak di ujung senja

Keheningan di palung Mariana nan gelap gulita pun kini telah mengusik ketenangan tentara kalian

Di ketinggian Mount Everest tempat ku bersekutu dengan kalian dalam Iqsam (sumpah) tak kuasa menghalau kedatangannya.

Sembelihan gelap apa lagi yang harus ku persembahkan agar kalian bertekuk lutut dihadapanku? Apakah jubah, bejana, cermin, topi dan tongkat Orcus berkepala tengkorak ini musti ku gadaikan agar kalian tetap bersimpuh untukku?

Dupa terakhir ini telah ku nyalakan tapi engkau tetap tak datang membawa lidah api ku inginkan.

Mungkin aku mulai rapuh, tak mampu lagi berkelana. 

Kini baru aku percaya tak ada yang mampu mengusir kedatangannya. Iblis dan syetan yang bersekutu denganku pun tak kuasa membendung kehadirannya.

Persekutuanku dengan kalian telah kehilangan makna. Jimat, mantera dan semua yang pernah kalian minta tak lagi bermakna menghadang kedatangannya.

Kenangan berisi catatan-catatan pengabdianku pada kalian kini menyibakkan satu per satu dosa-dosa besarku. Ya, pengabdianku untuk mendapat keridhaan kalian akhirnya kandas di ujung senja.

Kalian menjauh dan makin menjauh saat nuraniku menghadirkan lukisan tentang kesyrikan dan kekufuranku demi uang dan uang. 

Untaian penyesalan tak bertepi kini menjadi pelipur lara menanti datangnya senja

Dia terlihat hadir di sana datang menjemput dan memulai sebuah permulaan baru. 

Aku tahu ini awal dari permulaan bencana tetapi tak tahu kapan akan berakhir.

Menyesali perjalanan ku bersama mu, bersekutu dalam dosa-dosa besar.

Kini aku terpasung akibat pilihanku sendiri.

----------00------------

abanggeutanyo, Titipapan, 3 Mei 2020

Sebuah renungan untuk senantiasa meminta pertolongan hanya pada Yang Maha Kuasa, Tuhan pencipta semesta alam. Bukan pada yang lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun