Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ada Spekulan di Balik Loyo Rupiah Manfaatkan Isu Corona

28 Maret 2020   12:04 Diperbarui: 29 Maret 2020   08:32 3176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nilai tukar rupiah kembali terpuruGambar ilustrasi: jateng.tribunnews.com/2018/11/07

Menindaklanjuti analisa penulis pada artikel sebelumnya di sini tentang adanya indikasi mempermainkan mata uang rupiah dilakukan para spekulan akhirnya menjadi nyata. 

Jumlah dana investor asing yang dibawa kabur mencapai 104 triliun rupiah dari perdagangan saham, Surat Berharga Negara (SBN) dan valutas asing selama 24 hari di bulan Maret 2020 saja.

Menurut informasi total dana asing yang keluar (Capital Down) itu terjadi dalam periode 1 Maret hingga 24-3-2020 sebesar Rp 104 trilun. 

Praktis dalam 24 hari di bulan Maret mata uang Rupiah berusaha mempertahankan diri sekuat tenaga dari ulah spekulan terutama pemilik dana asing yang bermain di sektor SBN, Saham dan Valas dan lain-lain.

Dari SBN total dana yang "kabur" ditarik pemiliknya sebesar Rp 98,28 triliun sedangkan sisanya dari aksi jual bersih di bursa saham dan valas sebesar Rp 6,11 triliun hanya dalam waktu 24 hari. 

Tampaknya Rupiah benar-benar telah menjadi "sorga dunia" bagi para spekulan klasik dari dalam dan luar negeri. Meskipun aksi jual beli saham, SBN dan valas bukan aksi ilegal (dilindungi oleh OJK) akan tetapi para spekulan sangat berpengalaman memanfaatkan faktor-faktor pelemahan rupiah dan kelemahan otoritas di dalam industri keuangan.

Pada 11 Maret 2020, Gubernur BI Perry Warjio meyakinkan para pelaku pasar agar tidak panik atas melemahnya rupiah dan IHSG secara drastis dalam beberapa hari terakhir. Perry mengatakan Bank Sentral (BI) tetap menjaga pasar dan pemerintah siap akan menjaga perekonomian agar stabil.

Entah karena sudah biasa dengan pernyataan-pernyataan normatif otoritas keuangan di negeri ini para spekulan tidak peduli. Aksi beli mata uang asing atau jual rupiah terus terjadi. 

Di sisi lain, penjualan saham dan SBN terus menurun hingga mencapai titik terendahnya pada 19 Maret 2020 BEI terpaksa menghentikan sementara aktifitasnya saat itu setelah IHSG mengalami penurunan terburuk sejak 2016, sementara nilai rupiah terus mengarah tembus ke angka 16.000 per USD.

Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK, Anto Prabowo mengatakan aksi penarikan dana non resident (asing) akibat Kekhawatiran investor terhadap virus corona yang akan berdampak pada kinerja emiten di Indonesia. Anto juga memprediksi akan terjadi kontraski terhadap perekonomian Eropa dan AS pada kwartal ke II 2020 nanti. Sumber: Kompas.com.

Pejabat OJK di atas memang menyampaikan apa yang tersirat tetapi di balik itu lupa melihat bagaimana kuatnya mata uang dan perdagangan saham sejumlah negara terpapar Corona selama 3 bulan pertama 2020. 

China sekalipun negara pertama terpapar kriris Corona tapi mata uangnya tetap perkasa, cuma turun 0,16 poin terhadap USD atau sebesar 2% sejak 31 Desember 2019 hingga 24 Maret 2020.

Perkembangan terkini dalam 3 hari terakhir Rupiah telah kembali sedikit segar kembali dan IHSG di BEI kembali menghirup udara segar. Tetapi para penunggu peluang telah siap siaga mengambil keuntungan kembali pada sesi pelemahan Rupiah berikutnya. 

Tampaknya telah ada semacam image di mata para spekulan dan investor asing mudah membaca dan mengkondisikan kapan aksi ambil untung besar-besaran dapat diambil dari Indonesia.

Kondisi Rupiah sangat mudah dipengaruhi oleh opini pasar terutama investor asing. Ketika Rupiah mulai terkulai lemas sedalam-dalamnya aksi borong (beli) mata uang asing (USD,Yen, SGD, Euro dll).

Kelemahan pemerintah mungkin akibat longgarnya kebijakan dalam kerjasama SBN dengan pihak asing atau non resident. Jangka waktu pengambilan bunga dan pokoknya minimal 3 bulan perlu dikaji ulang. Kemudian adanya kerjasama SBN yang mengacu pada SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate) dan lain-lain juga perlu dikaji kembali. 

Walaupun yang penulis sebutkan adalah sebuah kemungkinan yang melihat dari kacamata umum tetapi perlu kejujuran otoritas keuangan untuk melihat benar atau tidak ada celah yang dapat dimanfaatkan oleh spekulan disebut di atas, yaitu sebuah kelemahan atau "Kelemahan" otoritas keuangan negeri ini. Dengan memperbaiki salah satu celah kelemahan tersebut akan dapat menutupi celah kelemahan di masa akan datang.

Di sisi lain kita juga maklum bahwa sumber dana asing juga sangat perlu masuk ke tanah air. Banyaknya arus dana investor asing masuk menjadi indikator sehatnya perekonomian negara. 

Semakin banyaknya dana asing berinveestasi akan meningkatkan ekspor, membuka serapan lapangan kerja, membiayai pembangunan nasional dan lain-lain. 

Kekuatiran sepinya masuk dana investor asing membuat pemerintah memberi kelonggaran dalam berbagai bidang tetapi dapat dimanfaatkan oleh investor asing dan investor domestik mengambil keuntungan secara besar-besaran secara berulang-ulang memanfaatkan momentum klasik (pengkondisian Rupiah) disebutkan di atas.

Kesimpulannya para investor asing dan spekulan dari dalam negeri telah mampu membaca kapan bisa mengambil keuntungan besar-besar dalam memanfaatkan celah kelemahan dalam kebijakan otoritas keuangan dan memanfaatkan isu tertentu di Indonesia.

Adakah cara memperkuat mata uang rupiah? Jika ada sebaiknya pemerintah secepatnya terapkan sistem dan kebijakan lebih kuat dan ketat agar Rupiah tidak jadi "sorga dunia" para spekulan dan investor asing. Kongkritnya: PEMERINTAH SEGERA REVISI KEBIJAKAN!

Mungkin ada juga yang menjawab, ada caranya tapi biarkan saja, toh kita sama-sama tahu dan berkepentingan di balik melemahnya Rupiah. 

Duh... kasihan benar rupiah, bakal terjadi lagi berulang-ulang kalau begini. 

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun