Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Wow, Ada "Racun" di Balik Penghapusan Like di Instagram

12 November 2019   23:42 Diperbarui: 13 November 2019   11:49 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Dokumen dan editing Penulis

Issu tentang bakal dihapuskan tombol "like" di Instagram (IG) bukan barang baru lagi. Issu tersebut sudah terjadi sejak April 2019 lalu ketika sebagian pengguna IG di Kanada merasakannya. Setelah itu berkembang ke AS, Jepang, Brazil, Australia, Selandia Baru dan Irlandia 

Sampai hari ini tampaknya belum ada penghapusan tombol like untuk pemilik akun IG di Indonesia meskipun CNN Indonesia melaporkan salah satu pemilik akun IG di Indonesia mengaku tidak melihat lagi tombol like(s) nya pada Selasa (12/11/2019). Hanna, pemilik akun IG tersebut mengaku tidak melihat lagi tombol like dalam aplikasi IG-nya.

Tampaknya IG masih pilih-pilih user secara acak sebelum menerapkannya secara massal di Indonesia. Pasalnya hingga saat ini rata-rata akun yang penulis buka termasuk akun IG Kompasiana, akun resmi IG, akun pribadi sendiri dan beberapa akun lainnya masih menemukan tombol like di sana. Sampai hari ini 12/22/2019 pukul 14.30 masih terlihat fitur likes milik Kompasiana (sudah penulis like) seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar : Dari akun IG Kompasiana
Gambar : Dari akun IG Kompasiana
Hal yang sama penulis lakukan pada akun resmi Instagram (IG Official) masih terlihat fiuture likes tersebut. Mengacu pada salah satu gambar postingan di sana penulis memberi  tambahan like (tanda jadi merah) untuk postingan tersebut. seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar dari akun ofisial instagram 12 Desember 2019
Gambar dari akun ofisial instagram 12 Desember 2019
Dengan demikian mungkin saja penghapusan tombol like di Indonesia akan terjadi dalam waktu dekat, mungkin mulai pekan depan. Jika hal itu terjadi pengguna aplikasi IG di tanah air tidak dapat mengetahui lagi berapa jumlah like(s) sebuah postingan. Hal sama terjadi pada pemilik akun, ia tidak melihat lagi jumlah like meskipun ia tahu siapa saja yang menyukai sebuah postingannya.

Beberapa pemilik akun IG di sejumlah negara lain yang telah dikenai penghapusan like tersebut pada umumnya kecewa. Meski demikian ada juga yang setuju dengan hal tersebut, diantaranya adalah Kim Kadharsian West salah satu selebriti papan atas AS.

Beberapa hari sebelum terjadi penghapusan tombol itu Kim menilai positif langkah Adam Mosseri bos IG tersebut. "Terutama adalah untuk sebagian orang yang terganggu kesehatan mentalnya akibat mengambil manfaat dari jumlah like di IG," ujarnya sebagaimana dikutip dari CNBC edisi 11/11/2019.

Apa dan bagaimana reaksi penghapusan tombol di Indonesia? Meski belum terjadi penghapusan tapi diperkirakan hal itu akan mengecewakan terutama untuk para buzzer atau influencer yang menjadikan jumlah likes sebagai tolok ukur sukses mereka kepada pemberi proyek (iklan misalnya) dan calon pemberi proyek lainnya. 

Dengan aksi pembatasan fitur ini dipastikan dapat mengacaukan sejumlah proyek yang sedang berjalan dan bahkan menganggu proyek akan dikerjakan. 

Hal ini akan menganggu isi perjanjian kontrak yang telah disepkati yang pada akhirnya bermuara pada ketidak cocokan dalam pembayaran dengan "usaha" para buzzer atau influencer.

Adam Moseri menjelaskan salah satu alasan mengapa uji coba tombol like itu dihapus adalah untuk melihat sejauh apa para pembaca, penikmat konten gambar dan video bisa lebih fokus pada konten yang mereka lihat. 

Apapun alasan dibalik pro, kontra dan kebijakan IG dalam menghapus tombol like tersebut perlu kita lihat sejenak apa kaitannya antara gangguan kesehatan mental yang disebutkan dengan jumlah perolehan 'likes" dalam sebuah media sosial misalnya di IG yang sedang kita bahas ini.

Benarkah apa yang dikhuatirkan Kim?

Seorang profesor dari New York University, Adam Alter, memaparkan, dampak psikologis (sensasi) dari ketergantungan likes di IG  (atau medsos lainnya) yaitu tumbuhnya rasa percaya diri dan kesenangan. Alter menilai, sensasi tersebut sama dengan menggunakan narkoba.

"Begitu Anda minum obat, minum alkohol, merokok, seperti itulah racun Anda ketika mendapat like di media sosial, semua pengalaman itu menghasilkan dopamin, yang merupakan bahan kimia yang berhubungan dengan kesenangan," kata Alter . Selengkapnya dapat simak di businessinsider edisi 25 Maret 2017.

Sebuah penelitian lain hampir sama memperlihatkan konsentrasi dimedsos cenderung lebih fokus pada teman ketimbang lainnya. Dalam laporan Joanne Orlando, salah satu peneliti dari Western Sydney University mengatakan media sosial membuat mereka para pengguna lebih dekat dengan teman (78%), mendapat informasi (49%), dan terhubung dengan keluarga (42%).

Apakah "racun" yang bikin ketagihan atau terganggunya kesehatan mental penggunanya itu bikin  bos IG memutuskan melenyapkan tombol mini tersebut? Atau adakah alasan lain yang lebih bersifat ekonomis?

Tak tahulah mana yang benar. Hanya waktu sajalah yang akan membuktikan apa maksud sesungguhnya dibalik menghilangkan sebuah tombol yang kecil mungil tapi bikin ketagihan luaaar biasa itu.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun