Mohon tunggu...
Ade Rachmat Fikri
Ade Rachmat Fikri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Abak Kalifah

Bukanlah kematian yang kutakutkan, tetapi kehidupan lah yang kutakuti.. takut tidak dapat berguna dan memberikan kebaikan hati pada orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Degradasi Warisan dan Titipan

16 Mei 2016   15:07 Diperbarui: 16 Mei 2016   15:17 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam dan isinya bukan warisan nenek moyang, tetapi titipan anak cucu. Apa yang tersirat dari kata-kata ini ? sebuah suratan yang mengartikan bahwa alam bukan hanya untuk kita yang sedang menikmatinya didunia sekarang ini, tetapi untuk esok hari kita persembahkan buat generasi penerus Bumi ini. Apakah kita akan bersikap adil dengan mereka ? atau tidak ? apakah mereka akan mencium harum Bunga Mawar ? atau mereka hanya mencium bau karbon saja ? apa mereka akan melihat secara langsung Kucing Besar di Hutan belantara ? atau hanya dapat mereka saksikan di film-film yang sudah diarsipkan saja ?

Apa artinya bumi bila tak ada warna hijau ? dimana letak sumber pernafasan kita untuk esok ? apakah masih ada keindahan sejati di Bumi untuk jangka waktu 150 tahun kemudian ? semua jawaban itu hanya akan ada ketika kita bisa menyelamatkan itu semua, bukan hanya dengan kata tetapi perbuatan dan nyawa. Apakah dengan begitu ekstrimnya ? Jawabnya ya kalau memang semua sudah teramat kelewat batas. Ingat jangan terlalu memikirkan diri sendiri, masih banyak makhluk diluar sana yang memohon minta pertolongan kita. Atau kita Manusia memang hanya bisa menjadi perusak saja ? apakah itu cerminan dari makhluk yang tercipta paling sempurna dimuka Bumi ini ?

Pernahkah kamu berfikir, kita Manusia selalu membayangkan akan euforia masa depan. Bahkan bersifat terlalu Over Optimis, tapi pernahkah kita memikirkan untuk masa depan orang lain, minimal anak kita nantinya. Apakah mereka akan lahir tanpa mempunyai jiwa yang patriot akan Alam dan Lingkungannya, atau mereka semua hanya akan mendengarkannya saja, tetapi tidak merasakannya.

Apalagi yang kurang banjir, erosi, longsor, kebakaran hutan, kepunahan hewan-hewan langka, dll. Apakah ini biasa ? atau luar biasa ? apakah kita yang akan meminta pertanggung jawabanan pada alam bahkan menyalahkannya karena orang yang kita sayangi cacat karena rumahnya terkena longsor, Atau kita akan menyalahkan mereka ketika orang yang kita sayangi wafat saat menjadi korban Banjir. Ironis sedangkan fakta yang terjadi kita sendirilah yang membunuh orang yang kita sayangi itu dengan tidak langsung.

Ingat Bumi kita sudah tua, sudah mulai botak bahkan kutu-kutu di kulit Bumipun sudah mulai punah satu-persatu. Dimakan usiakah mereka atau dimakan zaman ? sudah saatnya melakukan perubahan yang lebih berarti untuk kehidupan kita bersama, serta untuk anak cucu kita nanti.

Jangan jadi Manusia yang merugikan makhluk lainnya, sudah tidak zamannya lagi kita berlomba-lomba untuk memamerkan kesempurnaan kita, padahal yang sebenarnya kita lebih rendah dari makhluk yang paling rendah. Ingat pepatah tentang ”bahkan seekor Harimaupun takkan tega memakan anaknya sendiri” apakah ini tak berlaku bagi kita Manusia? silakan jawabannya anda resapi dan cari sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun