Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara-cara 'Kampungan' Menggadang Basuki TP

14 Agustus 2016   07:49 Diperbarui: 14 Agustus 2016   08:43 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber www.mediaviral.com

Sangat banyak tulisan yang berisi membesar besarkan pencitraan Basuki Tjahaya Purnama (BTP) baik di media warga Kompasiana dan media social on line. Sehingga kita sebagai masyarakat sangat bosan membacanya dan hanya sempat membaca judulnya saja kalau ada waktu, karena ditulis oleh beberapa orang yang itu itu saja dan isinya sudah bisa ditebak sebagai penjilatan yang memBABI BUTA, tanpa berpikiran jangka panjang kedepan.  

Opini yang dilakukan melalui berbagai bentuk dan cara tulisan secara konyol, adalah mengumpulkan KTP sebanyak sejuta KTP, akhirnya menjadi sirna begitu saja, karena BTP tidak akan melalui pencalonan independen malah mau mencalonkan melalui Partai politik. Memangnya Parpol sekarang apakah banyak pendukungnya ? Citra Parpol sudah sangat jatuh di benak mayoritas rakyat.

Pada saat proses penghebohan Teman BTP mengumpulkan sejuta KTP, kita memperhatikan bagaimana cara cara kotor untuk memblow-up tulisan yang bersifat provokatif oleh para oknum bayaran kelompok Teman BTP. Akhirnya terungkap banyak sekali KTP yang diperjual belikan dan ternyata KTP yang terkumpul tidak melalui mekanisme kesadaran dan loyalitas penuh dari para simpatisan pemilih BTP. Mungkin hanya sebagian kelompok etnis tertentu saja yang kelihatan agak loyal secara “emosional”.

Belakangan terungkap juga adanya permainan kotor dana Milyaran rupiah yang cukup besar untuk membiayai operasionalisasi Teman BTP dari para pengembang besar. Sehingga semua yang disampaikan sebagai bentuk loyalitas sepontan  kelompok Teman BTP yang katanya sukarela itu, adalah sebagai pernyataan pembohongan publik yang sangat memalukan.    

Suatu bukti, ternyata BTP-pun sangat meragukan kinerja Teman BTP yang katanya bisa mengumpulkan sejuta KTP lebih. Sehingga saat ini BTP mendekati beberapa Partai Politik untuk mendukung BTP menjadi Cagub DKI Jakarta dari petahana. Dalam kejadian ini, kita bisa menilai bahwa BTP memiliki karakter yang suka berubah ubah bagaikan air didaun talas yang sebenarnya sangat tidak baik untuk menjadi seorang pemimpin di daerah.

Sampai hari ini, ada saja yang masih menjilati BTP dengan berbagai tulisan yang sebenarnya hanya sebagai bahan baku tertawaan dari banyak para pembaca. Isi tulisan mereka semakin bias dan ngawur untuk tetap ngotot mempertahankan pencitraan basi BTP yang sangat membosankan.

Sekarang semua orang sudah tahu bagaimana tidak berkualitasnya orang yang sedang di gadang gadang itu. Berkomunikasi politik saja BTP bisa dengan cepat mengundang polemik  yang bernuansa penghinaan kepada daerah propinsi lainnya. Salah satu contoh konyol buang energinya perseteruan tidak mendidik antara BTP dengan Bu Risma Walikota Surabaya.

Berbagai tulisan penggadangan BTP yang berkesan banyak pembacanya dan banyak yang memberi nilai tertentu dan berkomentar tertentu, karena semua itu hanyalah pengerahan dan penggiringan akun komentator dan penilaian yang terencana secara pembohongan publik memakai uang bayaran dengan berbagai akun palsu untuk target memberi kesan seolah olah banyak pendukung dari tulisan penjilatan yang konyol itu.

Masyarakat Jakarta, sekarang sudah memiliki banyak Cagub yang bisa dipilih selain BTP yang tidak bisa konsisten itu. Kita ketahui bahwa masyarakat pemilih di DKI Jakarta adalah masyarakat terdidik yang tidak mudah ditipu dengan berbagai cara kotor melalui media. Penyiaran dari media yang sangat berpihak sepantasnya sudah tidak perlu dipercaya lagi. (Abah Pitung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun