Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menunda Pekerjaan

3 Agustus 2020   20:36 Diperbarui: 3 Agustus 2020   20:47 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menunda pekerjaan adalah pekerjaan yang biasa dilakukan oleh ... saya. Ternyata dampaknya berbahaya bagi isi kantong. Karena keterlambatan yang berakumulasi, maka beberapa proyek ketinggalan. Saat orang-orang menikmati hasil, saya masih berkutat membuat kinerja. 

Oleh karena itu perlu direformasi. Salah satu upaya adalah dengan memberikan "self reminder". Bekerja bersama dengan orang-orang yang rajin dan giat. Jangan mencari-cari alasan karena kekurangan waktu. Karena semua orang memiliki 24 jam yang sama. Tetapi ternyata efektifitas waktu berbeda-beda. 

Kaum milenial terbiasa dengan "multitasking", mengerjakan berbagai kegiatan secara bersamaan. Sebagai generasi sebelumnya, saya tidak bisa melakukan hal itu. Bisanya fokus pada satu kegiatan/pekerjaan sampai tuntas. Setelah itu beralih ke tugas lainnya. 

Beberapa motivator menyarankan adanya skala prioritas, dan membuat daftar pekerjaan yang akan dikerjakan pada satu waktu tertentu. Menuliskannya pada kertas lebih terasa bermakna bagi saya daripada menuliskannya di aplikasi telepon seluler.

Orang yang sukses adalah orang yang tidak menunda-nunda pekerjaannya. Mereka melakukan pekerjaannya dengan dedikasi yang tinggi. Kalau melihat drama korea, maka banyak ditemukan adegan di kantor, dimana mereka pulang kantor ketika sudah larut malam. Jam kerja yang panjang juga dicontohkan oleh orang-orang Jepang, bahkan pada perusahaan modal Jepang di Indonesia. 

Mereka memiliki jam kerja lebih panjang daripada orang Indonesia [pribumi]. Sudah ada di kantor ketika staf lokal baru masuk, masih di kantor ketika staf lokal mulai presensi pulang. 

Kalau baca tren manajemen modern malah ada konsep agility, kecepatan. Kalau saya masih memiliki pola kerja seperti ini, maka saya akan ketinggalan. Ingatlah kisah industri Korea Selatan menyalip Jepang, karena konsep ini. Pemerintah kita, terutama BUMN, saat ini dipimpin oleh seorang pengusaha kelas dunia yang pernah memiliki saham klub sepakbola Italia. 

Tentu saja sangat terbuka dengan manajemen tercanggih. Maka orang-orang generasi saya yang lamban, akan mudah digerus jaman. Di PHK atau dialihfungsikan dengan peran baru yang tidak penting. 

Manajemen modern juga mengenal apa namanya KPI, key performance index. Setiap orang punya deskripsi pekerjaan masing-masing yang harus dikerjakan/dicapai. Tugas utama tersebut harus dilaksanakan, kalau tidak tercapai, maka harus dievaluasi lebih lanjut. 

Visi organisasi diturunkan menjadi misi. Kemudian misi diturunkan menjadi strategi pencapaian, yang akhirnya didistribusikan kepada peran-peran di organisasi menjadi KPI yang terukur. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun