Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jenis Kurban

15 Agustus 2019   17:59 Diperbarui: 15 Agustus 2019   18:08 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkurban adalah meneladani Nabi Ibrahim. Hingga kini sudah sering cerita tersebut diulang. Berkurban kekinian ternyata berbeda dengan yang awal. Ada kurban benar, dan kurban belajar. Misalnya anak-anak siswa sekolah urunan mengumpulkan uang, kemudian mereka membeli kambing untuk di potong di hari raya Iedul Adha, atau hari tasyriq lainnya. Ini adalah belajar kurban, tidak mengapa. Cerita lebih tua lagi ada pada anak-anak Nabi Adam Alaihissalam. Kabil dan Habil, keduanya diminta memberikan persembahan/kurban kepada Sang Pencipta. Maka siapa yang memberikan yang terbaik, ia diterima kurbannya. Kita tahu akhir kisahnya di kitab suci.

Adapula kurban yang diberikan oleh non muslim, atau atas nama perusahaan, apakah diterima atau ditolak?. Diterima saja sebagai hadiah. Dan dagingnya dibagikan untuk senua kalangan masyarakat, Indah bukan.

Setelah berkurban, hendaknya kita berserah kepada yang menerima kurban. Janganlah kita mendapat perlakuan istimewa karena berkurban. Hal ini bisa membawa kepada sikap riya. Sikap tercela di sisi Allah. Kita berkurban, agar ketahuan oleh orang-orang bahwa kita berkurban, dan merasa bangga, sombong, takabbur dan sebagainya. Ini perlu diperhatikan dengan cermat. 

Ada cerita tentang orang-orang yang hidup sederhana, namun memiliki keinginan kuat untuk berkurban. Dan akhirnya mereka bisa berkurban. Seorang janda tua ditinggal suami, yang bisa berkurban setiap tahun. Dengan doa sederhana, semoga punya kendaraan ke surga. Ada anak-anak sederhana, bersama-sama menyisihkan uang jajan selama beberapa waktu yang panjang. Sampai akhirnya mereka bisa patungan membeli sapi untuk berkurban. Inilah cerita indah berkurban, keimanan yang menuntun untuk kebaikan diri, dan memperbaiki hubungan dengan Sang Pencipta.

Cerita minornya adalah adanya sapi, kambing, atau domba yang kurang atau tidak sehat. Masih bertebaran di pasaran. Ini adalah kewajiban pemerintah untuk menjaga konsumen. Kewajiban aktifis pro konsumen untuk memastikan kesehatan hewan kurban di pasaran.

Puluhan kambing dan domba serta belasan sapi menjadi ritual pemotongan hewan kurban di sebuah RT di Jakarta. itu adalah hal yang biasa. Panitia dari masyarakat sekitar, dengan memakai seragam kaos kepanitiaan. Kontras dengan di pedesaan, jarang yang berkurban, walaupun sudah berkecukupan. Karena belum ada kesadaran, serta pola pikir yang usang. 

Inilah cara, untuk mendekatkan diri dengan Nya. Setiap makhluk memiliki cara sendiri-sendiri untuk mendekatiNya. Manusia seperti saya dan kita semua. Sangat sibuk mencari dunia, sehingga lupa dengan Nya. Padahal kalau saya dan kita memperbaiki hubungan dengan Nya. Maka semua masalah kehidupan dunia akan terselesaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun