Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Orang Terobsesi dengan Politik

9 Januari 2018   19:23 Diperbarui: 9 Januari 2018   19:29 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini banyak orang yang meributkan hal-hal besar di luar jangkauannya. Terutama politik. Selain itu juga membicarakan para artis. Seharusnya dia itu ini, dia ini itu, dan sebagainya. Bagi artisnya itu adalah keuntungan. Masuk ke trending topic.Bagi yang membicarakannya tidak dapat apa-apa. Kecuali dosa membicarakan orang lain. Bahasa arabnya ghibah.Membicarakan politik juga bisa masuk ke kalangan ghibah. 

Karena kita dalam posisi tidak tahu apa sebenarnya terjadi. Kita berada dalam pengaruh apa yang kita baca, kita dengar, dan lingkungan pertemanan kita dimana. Kalau pergaulannya sempit, maka bicaranya juga sempit. Tidak pakai akal. Akalnya dipakai sedikit saja. Lebih banyak menggunakan emosi, provokasi, dan mau menang sendiri. Itulah ciri-ciri orang yang terobsesi dengan politik, menurut saya.

Orang seperti itu memiliki kacamata kuda. Kacamata kuda bisa bagus dalam artian, konsisten dengan tujuan. Kacamata kuda bisa berarti busuk, jika wawasannya yang cetek dipelihara dengan tanpa mau belajar untuk memperluas wawasannya. Itulah yang terjadi di jaman sekarang. Jaman semua orang bisa menjadi tokoh, menjadi paling benar, menjadi politkus, menjadi aktifis, atau menjadi apapun yang dia mau. 

Dunia politik tidak hitam putih. Demikian pula kehidupan duniawi ini. Ada warna abu-abu, yang kadang bisa menjerumuskan siapapun, apapun benderanya. Demikian pula dalam kekuasaan pemerintahan. Tidak bisa dilihat hitam putih. Pemerintah putih diselimuti oleh kaki tangan-kaki tangan yang putih, pura-pura putih, abu-abu, atau hitam dengan topeng putih. 

Semuanya bisa terjadi. Kekuasaan, kekuatan intelijen, kekuatan luar negeri dari Amerika, Cina, Singapura, Australia, India, dan lain-lain. Pasti memiliki kepentingan dengan apa yang terjadi di Jakarta, ibukota Indonesia. Saat belajar jadi aktifis mahasiswa, ada istilah... the end justifies the means.Tujuan menghalalkan cara. Segala cara dihalalkan untuk mencapai tujuan. Terkadang hal ini dilakukan oleh para politisi baik dengan bendera apapun. 

Apa sih untungnya menyakiti orang dengan stigmatisasi tertentu? Yang ada hanya membuat dosa, memutus silaturahim, dan membuat orang menjadi menjaga jarak denganmu. Padahal belum tentu engkau benar dengan apa yang engkau katakan. Semoga itu menjadi penghapus dosa bagi yang diberi stigma. Berkatalah yang baik, atau diam saja.

 Demikian menurut peribahasa arab. Semakin banyak berkata-kata, semakin banyak jarum yang terlepas dari mulutmu. Jarum yang menusuk-nusuk nilai-nilai kemanusiaan. Ibarat kaca yang pecah, maka susah untuk dikembalikan menjadi seperti semula. Itulah mulutmu harimaumu. 

Pada aspek lain dikatakan bahwa tujuan dan cara haruslah baik. Itulah jalan-jalan para solihin, orang-orang saleh. Bisa dari kalangan mana saja. Jalan orang-orang pencari hikmat kebijaksanaan hidup. "Orang-orang yang menguji kesabaran Anda sesungguhnya adalah berkah. Tanpa mereka, Anda tidak akan bisa berlatih sabar". Jadi jangan terprovokasi dan teruslah berjalan di jalan itu.

 Karena si picik itu hanya seperti monyet yang membawa-bawa kelapa tanpa tahu bagaimana membukanya. Jangan dilawan dengan amarah, tapi senyum dan kasihanilah mereka, dan doakan semoga Tuhan membuka jalan baginya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun