Mohon tunggu...
attamami ikhlasul arif
attamami ikhlasul arif Mohon Tunggu... Atlet - masih kuliah

ES 3 2018

Selanjutnya

Tutup

Money

Hubungan Antara Maslahah dan Konsumsi di Masa Sekarang

16 Maret 2020   19:04 Diperbarui: 16 Maret 2020   19:05 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, mereka memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Hal ini bisa juga disebut sebagai interaksi yaitu adanya komunikasi satu sama lain, diakibatkan adanya berbagai kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan  akan konsumsi. 

Pada dasarnya konsumsi ini dibangun atas dua hal, yaitu, kebutuhan (hajat) dan kegunaan atau kepuasan (manfaat). Dan untuk mashlahah itu sendiri menurut para  ahli  usul  fiqh maslahah  itu  memuat segala perkara yang mengandung manfaat , kegunaan dan kebaikan disamping menjauhi mudharat, kerusakan dan kefasadan. 

Secara rasional, seseorang tidak akan pernah mengkonsumsi suatu barang apabila dia tidak membutuhkannya ataupun tidak mendapatkan manfaat darinya. Bisa dibilang antara mashlahah dan konsumsi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, pasalnya, apabila kita ingin mengosumsi sesuatu namun menimbukan mudharat maka sebaiknya untuk tidak mengonsumsinya begitupun sebaliknya. 

Sebagai contoh ketika kita mengkonsumsi produk yang halal dan baik maka yang akan kita peroleh adalah kesehatan pada tubuh kita dan sebaliknya ketika kita mengkonsumsi produk yang haram maka yang akan kita peroleh adalah kemudorotan atau kejelekan pada tubuh kita. 

Dari hal tersebut sudah sangat jelas bahwa mashlahah memiliki hubungan yang sangat erat. Yang mana mashlahah  dan konsumsi sendiri merupakan segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spritual serta individual dan kolektif serta harus memenuhi tiga unsur yakni kepatuhan syariah (halal), bermanfaat dan membawa kebaikan (thoyib) dalam semua aspek secara keseluruahan yang tidak menimbulkan kemudharatan.

Pada zaman sekarang masyarakat cenderung lebih banyak menghabiskan dari pada menghasilkan, dengan kata lain lebih konsumtif, hal ini dikarena keinginan serta kebutuhan yang tidak dapat dibedakan dan yang mana lebih didahulukan, akibat dari lebih seringnya menghabiskan maka mengakibatkan "pemenuhan kebutuhan serta keinginan meningkat sedangkan sumber daya alam yang semakin terbatas" ditambah denga sumber daya manusia yang kurang produktif, hal semacam ini yang akan mengakibatkan kerugian untuk masa depan kelak. 

Jika masyarakat mengehendaki lebih banyak akan suatu barang maka hal ini akan tercermin pada kenaikan pemanfaatan akan barang tersebut. Kehendak seseorang untuk membeli atau memiliki suatu barang bisa muncul karena faktor kebutuhan ataupun faktor keinginan. Kebutuhan terkait dengan segala sesuatu yang harus dipenuhi agar suatu barang berfungsi secara sempurna. 

Lalu setelah mendapatkan barang yang diinginkan belum tentu barang yang diinginkannya itu akan bermanfaat untuk kedepannya. Sekarang bagaimanakah Islam memandang manfaat, apakah sama dengan terminologi yang dikemukakan oleh para ekonom pada umumnya ataukah berbeda? Beberapa ayat al-Qur'an mengisyaratkan bahwa manfaat adalah antonim dari bahaya dan terwujudnya kemaslahatan. 

Sedangkan dalam pengertian ekonominya, manfaat adalah nilai guna tertinggi pada sebuah barang yang dikonsumsi oleh seorang konsumen pada suatu waktu. Bahkan lebih dari itu, barang tersebut mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Jelas bahwa manfaat adalah terminologi Islam yang mencakup kemaslahatan, faidah dan tercegahnya bahaya. 

Manfaat bukan sekedar kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh anggota tubuh semata, namun lebih dari itu, manfaat merupakan cermin dari terwujudnya kemaslahatan hakiki dan nilai guna maksimal yang tidak berpotensi mendatangkan dampak negatif di kemudian hari.

Oleh karna itulah apabila kita ingin memiliki ataupun membeli sesuatu sebaiknya harus ingat untuk apa kita membeli butuh kah atau keinginan, dan jangan lupa untuk mengetahui kemashlahatannya halalkah ataupun baik untuk masa yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun