Mohon tunggu...
Amarulloh Ansyori (Ahay)
Amarulloh Ansyori (Ahay) Mohon Tunggu... Penulis Puisi Akrostik

Suka dengan sastra terutama puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Senja Terakhir

21 April 2025   07:43 Diperbarui: 23 April 2025   15:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Senja.(Dok. Shutterstock/Fitra Rizki Ramdhani)

Mentari senja berdarah di ufuk barat membara,
Cahaya lembayung merayap, kisah hari kan segera sirna.
Angin berbisik pilu, melantunkan kidung nestapa,
Saat tirai kehidupan jatuh, dalam dekap Sang Maha Esa.

Di atas sajadah rindu, bibir berzikir lirih nan syahdu,
Tangan khusyuk bertadah, memohon ampunan kalbu.
Namun, malaikat maut datang, tanpa mengetuk pintu,
Dalam sujud terakhir, ruh terbang, meninggalkan dunia kelabu.

Di tengah riuh gelak tawa, anak panah riang melesat,
Jejak kaki kecil menari, di atas bumi yang berkarat.
Tiba-tiba sunyi mencekam, senyum beku tak sempat terucap,
Permainan usai seketika, dijemput takdir yang gelap.

Di mimbar ilmu nan tinggi, kata hikmah baru terurai,
Cahaya pengetahuan membias, menerangi akal yang lalai.
Namun, suara terhenti mendadak, kitab terbuka tak terjagai,
Sang guru rebah tak bernyawa, tinta ilmu menjadi saksi.

Di sudut remang kemaksiatan, nafsu membara tak terkendali,
Bisikan setan merayu, dalam gelapnya malam yang sepi.
Tangan haram meraih nikmat, jiwa terjerat dosa yang nyeri,
Saat ajal menjemput paksa, neraka menanti abadi.

Di ladang amal nan subur, benih kebaikan terus disemai,
Setiap tetes peluh ikhlas, pahala surga menamai.
Tangan dermawan memberi, tanpa mengharap kembali,
Namun, langkah terhenti seketika, amal saleh menjadi bekal mati.

Oh, senja terakhir yang misterius, datang tanpa permisi,
Merenggut nyawa di pelbagai laku, tanpa peduli profesi.
Ada yang pergi dalam ibadah, ada pula dalam perbuatan keji,
Semua bertemu Sang Khalik, mempertanggungjawabkan diri.

Kematian adalah bayangan, yang setia mengikuti langkah,
Tak peduli di mana bersembunyi, ia pasti akan singgah.
Maka, berbekallah selagi ada, sebelum senja sungguh memerah,
Karena waktu takkan kembali, dan pintu taubat bisa tertutup sudah.

Ahay_senjaterakhir_21042025
Kematian mengikuti kebiasaan
Mati ketika sujud
Mati ketika maksiat
Mati, mati, mati mengikuti

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun