Mohon tunggu...
AANG JUMPUTRA
AANG JUMPUTRA Mohon Tunggu... Freelancer - Admin Social Media
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyajikan konten yang cerdas, terupdate, dan terlengkap

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita dari Sorong

5 September 2019   06:00 Diperbarui: 5 September 2019   06:41 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak "Sorong membara" pekan lalu sampai hari ini, saya terus meng-up date informasi dari teman yang bekerja di Sorong, dan hari ini (4 September) ia menulis: "Sampai hari ini sudah aman dan nyaman, Pak walau pun terus beredar isu-isu hoax yang menakutkan juga." Ketika ia menyebut salahsatu contoh hoax, ia menulis: "Akan ada sweeping pendatang lagi," atau juga "penjarahan serta pengrusakan."  

Teman itu menyebut salahsatu daerah teraman di Sorong ialah suatu lokasi di luar kota yang boleh dikatakan tidak terkena imbas apa pun berkat kerukunan warga setempat berjaga-jaga.

Di samping tetap masih ada rasa takut (Ia menulis: "Saya belum berani keluar malam-malam, Pak  atau ke daerah-daerah tertentu"), ia sangat bersyukur karena bisnisnya di bidang wisata bahari (Raja Ampat dan sekitarnya) tidak terpengaruh karena jadwal tahunannya. Ia berkisah, bisnisnya sudah menyusun jadwal tahunan sejak tahun lalu, dan antara Juli 2019 s/d akhir September 2019 disebutnya "tutup musim." 

Maksudnya, para turis yang sebagian besar dari daratan Eropa, antara Juli s/d September memang sangat jarang datang ke Raja Ampat dan sekitarnya, baru mulai minggu keempat September ini dilakukanlah "open season." Teman saya menyebutkan penyelenggaraan Illahi yang sungguh sangat luarbiasa, karena "Sorong membara" terjadi pada saat turis asing tidak berdatangan untuk menikmati keindahan Raja Ampat dan sekitarnya. 

Untuk open season mulai 22 September nanti, ia menulis: "Mereka sudah booking lama Pak, maka kalau ke depan ini tidak ada pembatasan kunjungan (oleh pemerintah), ya bisnis kami tetap stabil sesuai dengan jumlah pesanan yang bertahun-tahun itu. Semoga terus kondusif, Pak."

Ketika awal Desember 2018 lalu saya berada di Sorong dan sempat singgah di kantornya, ia menunjukkan daftar pesanan berwisata ke Raja Ampat dan sekitarnya ada yang telah dilakukan tiga tahun yang lalu. 

Luarbiasa daya tarik wisata itu. Dan patut kita ketahui, para pemesan itu telah bayar tunai pada saat memesan meski wisata baru akan dinikmati dua atau tiga tahun lagi. 

Bisnis yang bukan saja menarik untuk dicermati dan dikembangkan, tetapi jaringan tanggungjawab yang harus terus dijaga agar angka wisatawan minimal tetap stabil, atau bahkan perlu ditingkatkan terus.

Secuwil cerita dari Sorong ini membuktikan apa yang disebut Rhenald Kasali dengan M&O: Mobilisasi dan orkestrasi; yakni hidup kita ini, -apalagi bisnis- , tidak mungkin terlepas dari campur tangan dan peran orang/pihak lain. 

Bisnis wisata bahari Raja Ampat dan sekitarnya hanya mampu menawarkan keindahan dan mengurus hal-hal sekitar perjalanan, penginapan dan lainnya, tetapi kegiatan itu sangat bergantung pada pengusaha kapal, para pemandu, kebersihan dan pelayanan hotel tempat tamu menginap; dan tentu saja sangat tergantung pada aspek keamanan dan kenyamanan daerah. 

Bagaikan sebuah pertunjukan orkes, bisnis bahari hanyalah pemain drum, yang sangat bergantung dari pemain biola, cello, bas, dan segala macam alat permainan dalam orkes. 

Bila lengkap dan masing-masing bermain secara professional, orkes akan mampu menampilkan pertunjukan yang prima. Orkestrasi yang semakin menggejala justru di era penuh dan serba digital ini. Bahkan pulsa pun sangat berperan besar dalam M&O  wisata Raja Ampat dan sekitarnya ini. Karena itu: Amanlah Sorong, amanlah seluruh Tanah Papua, bagian penting dari M&O Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun