Catatan Mingguan: 28 Juli-3 Agt
Tukiman Tarunasayoga (JC Tukiman Taruna)
Ketua Dewan Penyantun UNIKA Soegijapranata Semarang
Wacana dan adu argumentasi tentang impor rektor belum selesai, Â meski sepekan lalu sudah sangat ramai. Terakhir, -sebutlah begitu- , pada tahun 2020 nanti ada lima PT (universitaskah?) akan dipilih untuk "uji coba" rektor impor ini dalam konteks peningkatan daya saing.Â
Harap semua pihak  ingat, bahwa model  impor ini rupanya "harus" ditempuh untuk mengejar ketertinggalan selama ini, sehingga kelak daya saing PT Indonesia semakin baik. Dan tentang model impor ini, seorang mantan rektor PTS ternama di Jawa Tengah berkomentar: "Jalan pintas yang tergesa-gesa."
Memang sangat menarik meramu berbagai "komentar" atas wacana impor ini. Seorang dekan FEB PTN mengatakan: Pergilah dan lihatlah di mana-mana. Pelatih sepakbola di negeri ini saja banyak yang impor, belum lagi klub sepakbola di belahan bumi lainnya.Â
Lihat juga, berapa banyaknya pelatih Indonesia yang diimpor oleh berbagai Negara agar perbulutangkisan di Negara itu cepat maju, dan ternyata betul demikian. Jadi, impor bukanlah aib, bahkan sebuah keniscayaan apalagi di era kemajuan yang  cepat-pesat-akurat-melesat sekarang ini.
Lewat diskusi group WA, saya melontarkan pertanyaan: "Kiranya, PT mana yang akan siap sedia dipimpin rektor impor ya?" Â Sertamerta seorang rektor PTN di Jawa Timur menjawab begini: "UNDIP sepertinya paling siap (lalu ada emoji lima orang tertawa). Kalau UNDIP siap dan bisa ngungguli NUS atau NTU yang lain pasti siap.Â
Di PTNBH rektor itu kewenangan MWA. Rektor hanya menjalankan tugas dari MWA. Semangat pagi kawan-kawan semua. Sehat dan sukses selalu." Â Oleh seorang teman, jawaban (dorongan?) seorang rektor itu dijawab: "(Emoji empat orang tertawa)undip Assyiap..." Tentu jawaban ini menimbulkan pertanyaan, mengapa Assyiap?
Wacana dan berargumentasi memang menyenangkan di satu pihak, sedang dipihak lain sering "membuat jengkel." Mungkin saking jengkelnya, BEM sebuah PT berseloroh (atau marah-marah?) seraya mengatakan: "........Menterinya Ristekdikti saja yang diekspor?" Nah........bicara impor pasti automatis bicara ekspor, kalau ada wacana impor rektor, wajar juga ada argumentasi kita akan ekspor apa atau siapa?