Mohon tunggu...
AANG JUMPUTRA
AANG JUMPUTRA Mohon Tunggu... Freelancer - Admin Social Media
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyajikan konten yang cerdas, terupdate, dan terlengkap

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rotasi Guru untuk Revolusi Mental

30 Juli 2019   07:43 Diperbarui: 30 Juli 2019   07:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukiman Tarunasayoga (JC Tukiman Taruna) Ketua Dewan Penyantun UNIKA Soegijapranata Semarang (Dokpri)

Dalam tulisan Sabtu, 27 Juli lalu, saya antara lain mengusulkan (baca: menekankan) bahwa rotasi guru akan membawa serta dampak positif jika dilakukan secara bedsar-besaran.

Di antara dampak positif itu ialah, pertama, terjadi pemerataan antar wilayah. Ketidakmerataan yang selama ini dikeluhkan ialah di daerah-daerah sulit (belum tentu masuk kategori daerah Tiga T) jumlah dan keberadaan guru terasa kurang dan tidak seperti di daerah yang tergolong tidak sulit (seperti misalnya di ibukota kecamatan, apalagi di wilayah yang lebih ramai lagi). 

Daerah relatif sulit semacam itu lalu sering dijuluki "daerah buangan," dan kalau terjadi ada guru di mutasi ke daerah atau satuan pendidikan semacam itu, disebutnya "dibuang." Bila rotasi guru dilakukan besar-besaran, berarti penyebarannya akan merata dan menghilangkan konotasi "sekolah buangan" atau "guru dibuang."

Kedua, rotasi guru secara besar-besaran akan menjadi awal bagus terjadinya revolusi mental bagi para guru. Selama ini, yang banyak terjadi ialah mutasi kecil-kecilan. 

Mutasi semacam itu terjadi atas permintaan guru yang bersangkutan, atau ada kaitannya dengan promosi, dan yang telah disebutkan di pertama di atas, yakni mutasi dalam konteks pembinaan. Selama ini guru (tentu terutama guru ASN) berada di dalam zona nyaman selama bertahun-tahun. 

Salah satu kelemahan orang yang telah berada di zona nyaman puluhan tahun adalah cenderung menolak apabila diadakan perubahan sekecil apa pun. 

Nah, rotasi massal akan membawa perubahan besar-besaran atas "mental zona nyaman" itu, dan mulailah akan terjadi revolusi mental yang sesungguhnya. 

Akan terjadi sebaliknya bila rotasi guru hanya dilakukan kecil-kecilan, bahkan sudah dapat diduga tidak akan membawa perbaikan apa pun karena guru yang dirotasi akan "tenggelam" ke dalam zona nyaman guru-guru yang tidak di rotasi. Ingat, satu dua orang "baru" di suatu zona nyaman lama akan hanyut oleh lingkungannya karena sulit membawa perubahan.

Ketiga, rotasi guru secara besar-besaran akan menjadi awal revolusi mental jika beberapa hal berikut terpenuhi, yaitu (a) perlu persiapan sangat matang dilakukan oleh pihak Kemdikbud terutama terkait pemetaan zonasinya. 

Berikutnya (b) dalam periode persiapan itu, para guru sudah dilibatkan sejak awal, yaitu disuruh memilih sekolah baru untuk rotasinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun