Mohon tunggu...
Aan Wulandari
Aan Wulandari Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga, suka menulis, membaca dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Maag, Tak Harus Makan Karbo

5 Agustus 2011   23:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tak akan uang saku, bila tak mau sarapan. Itu adalah peraturan ibu mertua ketika putra putrinya masih sekolah. Sarapan juga merupakan kewajiban bagi saya, walaupun tak ada sanksi uang saku. Saya dan adik-adik sudah cukup takut bila tak makan pagi. Dimarahi atau diomeli Ibu, itu pasti. Selain sarapan, saya juga selalu makan tiga kali sehari.

Alhasil, kebiasaan itu terbawa sampai saya dewasa. Selalu makan teratur. Ternyata, pola hidup sehat itu cukup 'menyusahkan'. Apabila kami tidak sarapan, entah sengaja atau tidak, karena suatu kesibukan, maka perut akan terasa melilit, mual, dan kepala pusing. Apalagi bila hal ini berlangsung selama beberapa hari. Ugh! Saya jadi iri dengan beberapa teman yang tetap santai-santai walaupun dia tidak sarapan atau telat makan.

Apabila kecolongan telat makan selama beberapa hari, penyakit pun semakin parah, akhirnya lari ke dokter.
"Maag!" begitu kata dokter setelah memeriksa. Kata itu membuat saya menyanyikan dalam hati jingle iklan promag yang sudah saya kenal sejak kecil. "Promag obatnya..."

Tak mau terkena penyakit perut yang cukup mengganggu, akhirnya saya punya slogan "lapar sedikit, harus cepat-cepat makan." Dalam keseharian, semua itu tentu masih ditambah ngemil di luar jam makan. Bisa ditebak, hasilnya adalah penggelembungan tubuh yang tak bisa dhindari. Tapi, saya tak bisa diet. Selain doyan ngemil, 'penyakit lapar sedikit perut melilit' membuat saya tak pernah bisa mengurangi makan.

Kholesterol, asam urat, jantung, biasanya adalah sahabat orang gemuk. Tentu saja, saya tak mau dihinggapi penyakit itu. Selain itu, baju-baju beberapa tahun lalu sudah tak muat lagi. Pemborosan bila harus beli baju lagi. Dengan penuh kesadaran, bertujuan ingin sehat, hemat, dan penampilan lebih menarik, saya konsultasi ke dokter.

Keputusan yang tepat. Ternyata, saat itu, saya kelebihan berat badan 20 kg! Bayangkan, dengan tubuh semampai, alias semeter lima puluh tak sampai, mempunyai kelebihan berat badan sebanyak itu. Saya merasa seperti bola yang bisa langsung digelundungkan.

"Silakan makan kalau lapar. Sebanyak-banyaknya. Tapi, sayuran!"
Itu adalah resep andalan dari dokter. Untuk sementarasa selama program diet, jadwal makan saya dua kali. Pagi hari dan malam hari. Menu lengkap, nasi, sayur, dan lauk, namun jumlah nasi dibatasi 3-5 sendok makan. Sedangkan minumnya cukup air putih.

Jeda antara makan pagi dan malam sangat panjang. Tentunya akan sangat lapar, apalagi bagi saya yang terbiasa makan rutin tiga kali sehari. Di sinilah, saya harus mengganjal perut saya dengan sayur sebanyak-banyaknya, agar tak kelaparan. Sayuran itu bisa dimasak tumis ataupun rebus. Syukurlah, saya orang yang doyan sayur.

Kini, sebulan lebih saya menjalani diet itu. Lumayan, ada penurunan berat badan yang signifikan.Tentu saja, saya tak sepenuhnya sesuai aturan. Terkadang nakal juga. Sesekali ngemil, jajan bakso atau mi ayam. Namun, semua itu masih dalam jumlah terbatas.

Terjawab sudah penyebab kegemukan yang mencapai puluhan kilo itu. Kesalahan fatal yang selama ini saya lakukan adalah selalu mengisi perut ketika lapar dengan makanan berat, yang mengandung karbohidrat. Hanya karbo yang membuat kenyang, begitulah pikiran saya. Doktrin yang saya terima sejak kecil pun mempengaruhi. Kalau belum makan nasi, artinya belum makan. Pemikiran khas orang Indonesia pada umumnya.

Kini, saya sangat senang, bisa diet tanpa takut terkena maag. Prinsip 'lapar sedikit harus cepat makan' tetap saya anut. Namun, tentu saja tak sembarang makan. Makanan yang sehat, terutama sayuran, adalah yang harus saya konsumsi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun