Mohon tunggu...
aan anshori
aan anshori Mohon Tunggu... Buruh - Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD)

Humanitarian worker and researcher

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengeraskan Suara Ramadlan

12 Juni 2015   14:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

GAGASAN JUSUF KALLA, Wapres RI yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia perlu dicermati menyangkut rekaman pengajian yang kerap diputar di masjid, terutama pada saat ramadlan. Dia berpendapat maraknya rekaman yang diputar tanpa mengindahkan waktu berpotensi menyebabkan polusi suara, apalagi saat waktu istirahat malam hari.

Saya berpandangan kekuatiran ini cukup beralasan mengingat saat ini ada lebih dari satu juta masjid dan mushalla yang tersebar seantero nusantara. Kita bisa membayangkan betapa dahsyatnya polusi suara yang dihasilkan jika masjid/mushalla terlalu bersemangat menyambut ramadlan.
Menurut saya, Dewan Masjid Indonesia beserta pemerintah perlu mengatur agar pengeras suara tidak digunakan secara awur-awuran dalam menjalankan syiar. Idealnya, speaker masjid/musholla cukup digunakan saat mengumandangkan adzan sekitar 3-5 menit.

Umat Islam perlu mengobarkan semangat baru dalam berdakwah, yakni dengan cara lebih menonjolkan karakter tolerannya pada lingkungan sekitar. Dakwah seperti ini mungkin tidak cukup populis dan membutuhkan kebesaran hati. Saya sampai saat ini masih meyakini bahwa kejayaan umat islam (izzul islam wa al muslimin) tidak bisa dicapai dengan model jor-joran pengeras suara masjid atau musalla, terutama saat Ramadlan tiba. Lebih jauh, hal tersebut hanya bisa diraih dengan cara menjadi rahmat bagi orang lain, termasuk memperkuat sensitifitas.

Wallohu a'lam bishshawab

Aan Anshori
Jaringan Islam Anti-Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur
Dewan Ahli Ikatan Sarjana NU Jombang
08155045039
Twitter @aananshor

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun