Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Corona dan Kesadaran Istirja

5 Juli 2021   10:17 Diperbarui: 5 Juli 2021   10:42 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir-akhir ini hampir setiap hari saya mendapati kabar duka meninggal dunia akibat Covid19 lewat Grup Wa. Banyak teman yang berempati dengan mempost kalimat istirja yaitu "Innalillahi wa innailaihi rajiun" Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepadaNyalah kami akan kembali.

Pertanyaan saya, Sudahkah kita mendalami kalimat ini? Apa maksud kalimat istirja? Mengapa kalimat ini disandingkan saat ada musibah kematian? Atau jangan-jangan kita tidak pernah mempelajarinya?

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 156)

"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 157)

Saya meyakini bahwa kalimat istirja tidak hanya diucap saat ada berita kematian saja namun diucapkan saat kita sedang atau mengalami musibah dengan tujuan semoga kita sadar hulu hilir kehidupan yakni dari Allah dan akan kembali ke Allah. Bahwa Allah itulah tujuan kita. Keridhoan Allah.

Inna. Sesungguhnya kami. Kalimat ini mengandung kepastian. Absolut. Mutlak. Tidak ada keraguan. lalu mengapa memakai kata kami bukan aku ?

Saya malah tiba-tiba teringat pepatah "berat sama dipikul ringan sama dijinjing" suatu bala atau musibah akan terasa ringan saat dipikul bersama-sama, bukan? Maka kalimat ini mengandung keyakinan bahwa saat kita mendapati musibah, cobaan atau bala percayalah bahwa kita tidak sendirian. Kita bukanlah satu-satunya yang menghadapi ujian ini sebab semua orang pasti diuji dengan kadar dan kesanggupannya masing-masing. Semakin tinggi ujian maka semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah. Bukankah ujian kelas 1 SD dengan kelas 1 SMA beda nilai dan kualitasnya? Saat kita diuji yakinlah bahwa kita akan lulus dan kita akan diangkat derajatnya oleh Allah.

Kemudian yakinkan pada diri bahwa kita ini milik Allah. lillah. Keyakinan bahwa kita milik Allah membuat kita lebih tenang dan kuat. Terserah Allah memperlakukan kita seperti apa kan kita miliknya Allah. Tapi jangan lupa bahwa Allah itu Rahman Rahim. Allah itu Maha Baik. Maka saat kita berucap wa innailaihi rajiun  dan kita kembali ke Allah artinya kita akan mendapat rahmat Allah. Pertolongan Allah. Perlindungan Allah.

Hal itu nyambung dengan ayat selanjutnya bahwa Allah akan memberi hadiah atau bonus kepada siapa yang melakukan hal itu yakni saat mendapat musibah atau cobaan berucap "Innalillahi wa innailaihi rajiun" akan mendapat ampunan, rahmat dan petunjuk dari Allah. Maka betapa beruntungnya orang yang melakukan hal demikian.

Semoga kita semua saat sedang mengalami musibah, bala dan cobaan teringat Allah. Lalu menguatkan diri dengan mengucapkan kalimat "Innalillahi wa innailaihi rajiun" sehingga kembali sadar bahwa tujuan hidup yang sejati adalah keridhoan Allah. Kita jadi optimis menghadapi musibah sebab kita menawakalkan diri ke Allah.

Purwakarta, 5 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun