Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasihat Ibu pada Anaknya tentang Caranya Bahagia

5 September 2020   06:12 Diperbarui: 5 September 2020   07:09 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang arunika pagi mengundang cakrawala,
Membawa angan, serta angin.
Sejuk semilir menerpa raga
Terkatup-katup kalbu membawa rindu pada ibu terkasih karena jiwa meringis merona sembilu maka segera dilampiaskan rindu itu pada telepon. Diketiknya nomer telepon sang ibu.

Sang anak yang sedang dilanda kegalauan dan duka nestapa hendak mencurahkan segala isi hatinya. Barangkali akan ada secercah asa seperti pagi ini yang lembut dingin tapi memancar cahaya surya harapan.

"Bu, anakmu ini. Yang menjalani kehidupan di tanah rantau sedang mengalami kegalauan dan duka nestapa. Berikan anakmu petuah dan nasihat bagaimana caranya supaya bahagia, wahai ibu?"

Sang ibu dengan senyuman hangatnya menjawab penuh rasa haru dan iba, sepertinya ia juga merasakan bagaimana kesedihan yang dialami anaknya itu.

Anakku dengarkanlah, ini pesan cinta ibu untukmu,

"Jangan sampai melakukan pekerjaan tidak mendapatkan kenikmatan. Ibu tidak menyuruhmu berbuat baik, tapi yang ibu harap darimu NIKMATILAH BERBUAT BAIK. Kamu harus pandai menikmati perbuatan baik dan pandai menikmati pekerjaanmu. Andai dalam keterpaksaan dan tidak gembira pastilah hasilnya buruk buat hatimu. Jadi, carilah kegembiraan dalam setiap pekerjaanmu. Kuncinya adalah rasa syukur dibesarkan dan jangan lihat ke atas tapi lihatlah ke bawah. Misalnya kamu bekerja di pabrik kok rasanya berat dan lelah, carilah kegembiraannya dan rasa syukurnya. Alhamdulillah masih bisa bekerja, alhamdulillah masih bisa menolong orangtua. Dengan begitu hatimu gembira karena yang kamu lakukan adalah perbuatan baik yakni menolong orangtua. "

"Anakku, kamu tahu rasanya manis? Misalnya gula. Itu peristiwanya di gulanya apa di lidah? Di lidah. Jadi andai ada gula sekarung tapi tak berada di lidahmu atau lidahmu tak bisa merasakan manis kira -- kira kita bisa merasakan manis tidak? Tidak kan. yang harus kita besarkan dan kita cari bahagianya adalah diri kita sendiri. Ada begitu banyak sudut pandang untuk mencari sisi kegembiraan. Jadi kita harus terus menerus memperbaiki diri kita. Lidahnya harus terus peka, hatinya harus terus cerah dan fikirannya harus terus cerdas maka semua pekerjaan akan menyenangkan dan akan mendapat kenikmatan."

"Anakku, ibu selalu berprinsip apa saja akan ibu nikmati. Caranya adalah CARILAH HIKMAH supaya itu tetap ternyata kenikmatan dari Allah. Saya tanya anakku, sakit itu selalu menderita atau ada sakit yang baik? Kebanyakan kita dekat kepada Allah saat sehat apa sakit? Jadi kalau secara hakikat sakit yang mendekatkan ke Allah jauh lebih baik daripada sehat tetapi lupa kepada Allah. Tapi bukan berarti kita mengharapkan sakit. Kaya sama miskin baik mana? Kaya ada mudorot manfaatnya demikian juga miskin. Presisikan ke Allah. Kalau hal itu membuatmu mendekat ke Allah pasti baik. Jadi apapun kondisimu carilah nikmatnya dan carilah nilai ibadahnya ke Allah. InsyaAllah soliditas akan terbangun dan Allahlah yang akan menggembirakanmu."

" 'Allah sesuai sangkaan hambaNya' jadi apapun kondisinya kita harus selalu berprasangka baik kepada Allah. Harus selalu mencari rasa syukur disetiap kejadian yang kita lalui. Misalnya kamu jomblo dan iri dengan yang sudah menikah. Harusnya jangan iri karena belum tentu yang sudah menikah itu bahagia jadi daripada iri lebih baik manfaatkan waktu sendirianmu untuk kegiatan yang positif. Kan banyak misalnya menyalurkan hobi, silaturahim ke teman dll. Orang yang sudah menikah tak leluasa bermain seperti halnya yang belum menikah. Orang yang sudah menikah akan kangen dengan suasana sebelum menikah dan orang yang belum menikah akan ingin sekali rasanya nikmatnya menikah. Sawang sinawang. Daripada hanya mikir dan sedih, lebih baik manfaatkan waktumu dengan kegembiraan. Ada kegembiraan saat menikah dan ada kegembiraan sebelum menikah. Setiap waktu pasti ada nikmatnya. Syaratnya ya itu kita harus cari sisi -- sisi syukurnya"

"Anakku, kebanyakan dari kita sering salah nilai. Kapan ia harus malu, Kapan ia harus bangga, kapan ia harus sedih, kapan ia harus senang. Misalnya kamu melihat temanmu yang pacaran kamu iri padanya. Kamu salah nilai. Harusnya kamu bangga dan bersyukur karena kamu tidak bermaksiat dan harusnya temanmu yang malu. Misalnya lagi anakku lihatlah koruptor yang ditangkap KPK harusnya mereka malu dan sedih tapi kita lihat mereka malah bangga. Salah nilai model ini yang membuat hati tidak bergembira. Misalnya lagi kamu sedih karena uangmu habis digunakan untuk membantu orangtua dan iri melihat temanmu yang bisa beli mobil dan motor. Harusnya kamu bangga dan bahagia karena uangmu digunakan untuk membantu orangtuamu dan itu nilainya ibadah sedangkan temanmu tak bernilai apa-apa harusnya dia malu dan sedih. "

"Bagaimana caranya bahagia ? Anakku ada lima kriteria unggul di masyarakat : Jadi orang baik, jadi orang pintar, jadi orang kaya, jadi orang kuat dan jadi orang kuasa. Yang kebanyakan masyarakat cari adalah jadi orang kaya karena berfikir kaya adalah alat untuk bahagia. Lagi -- lagi salah nilai. Padahal belum tentu. Ada orang kaya malah bunuh diri, Ada orang kaya malah stres dan ada juga orang kaya malah jadi jauh sama Allah. Kuncinya bukan pada jadi kaya tapi harus ditambah baik. Pintar harus baik, kaya harus baik, kuasa harus baik, kuat harus baik sebab kebaikan itulah sumber kebahagiaan. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun