Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sindikat Penyair Harimau (Bagian 1 - Misteri Perempuan Pembawa Surat Berdarah)

20 Mei 2020   02:28 Diperbarui: 20 Mei 2020   02:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku sedang perjalanan pulang melewati Gang Flambo -- Sebuah gang kecil di Kota Puwakarta yang sebelum masuk gang ada perempatan jalan besar yang lurus menembus pusat kota, di depan gang ada transit bis Damri khusus rute Bandara SoekarnoHatta -- Puwakarta. Disebut Gang Flambo karena disetiap pinggir jalan gang berjejer aneka bunga -- bunga indah.

Suasana malam hari sangat sepi dan hening senyap tak seperti biasanya yang hingar bingar. Ada apa, pikirku. Lampu -- lampu rumah warga pun mendadak mati. Padahal di gang sebelah lampu masih menyala terang menghidupi malam. Kondisi gapura gang yang ada tulisan "Indung Karahayuan" yang tertulis dengan aksara sunda biasanya menyala hijau indah pun kini pekat mati. Lagi -- lagi ada apa, pikirku.

Suasana aneh tak berhenti disitu. Ya, lampu -- lampu lampion khas pecinan yang menyala terang kuning nan romantis di dalam gang flambo juga redup mati. Sepertinya sengaja dimatikan seseorang. Begitupun sudut -- sudut gang yang biasanya ada patung kecil -- ada patung semar, petruk, cepot dan patung harimau yang kalau malam hari menyala pun mendadak gelap pekat hitam, detik -detik kini menjadi semakin mencekam hanya suara jangkrik yang menemani perjalanan pulangku dan suara sepatuku yang terdengar lumayan menghentak.

Baru berjalan kira -- kira dua puluh meter, tiba -- tiba ada suara kencang terdengar, suara sirine polisi bersaut-sautan dari arah belakangku. Melintas dengan cepat empat mobil polisi dan tiga polisi yang menggunakan motor trail. Sepertinya ada sesuatu terjadi malam ini. Aku pun menambah laju kecepatan jalanku dan sambil was-was kepalang cemas berharap tidak terjadi apa-apa.

Kosanku berada di gang flambo, tepatnya di belokan kanan yang pertama dari arah perempatan jalan kota. Aku langsung belok saja sambil terus menambah kecepatan berjalan. Namun suara sirine polisi yang bersaut-sautan itu tiba-tiba berhenti, sepertinya pasukan polisi menghentikan laju kendaraannya tidak jauh dari arahku.

Aku yang baru belok beberapa meter pun penasaran seketika aku balik badan lalu mencoba mengintip apakah benar mobil polisi itu berhenti tidak jauh dari kosanku.

"Ya Tuhan.. Ada apa ini ? Mengapa banyak mobil polisi berhenti tepat di belokan kedua dari arah perempatan jalan kota? Polisinya memakai senjata FN SPR pula? Mati lampu juga? Rumah-rumah warga pun sepi? "

Pertanyaan-pertanyaan itu menjejali fikiranku.

Jantungku berdetak kencang, was-was dan cemas lalu tanpa perduli apapun aku langsung berlari cepat-cepat menuju kosan karena ketakutan.

Malam memang gelap gulita, namun sinar bulan setidaknya masih bisa menjadi alat pencahayaan walau sekali dua kali tertutupi awan, aku terus berlari lalu aku belok ke kiri dan tepat saat belok kiri di depanku ada perempuan berambut pendek memakai jaket mirip punyanya che guevara berlumuran darah tertatih-tatih. Jalanku yang cepat tak bisa direm, aku menabraknya. Ia terprosok, jatuh dan merintih kesakitan.

"Mba tidak apa -- apa?" Tanyaku walau sadar pertanyaanku tidak tepat karena kondisi perempuan itu sudah sangat kepayahan dan kesakitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun