Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ndeso Itu Istimewa, Kota Itu Robot

19 November 2019   14:00 Diperbarui: 19 November 2019   14:23 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore hari mendung masih menyelimuti di bumi Desa Secadipa, suasana yang asri dengan pepohonan-pepohonan menjulang, hektaran sawah yang ditanami padi menari-menari nyiur melambai. Chairil baru saja pulang dari perkotaan. Chairil kini jadi karyawan di salah satu pabrik ibu kota.

Chairil yang berasal dari desa, lengkap dengan segala budaya, adat dan kebiasaan sederhana khas orang desa harus memutar fakta bahwa ia kini menghadapi budaya dan kebiasaan orang kota yang terkesan apatis dan hedonis. Meskipun tidak semua, pikir Chairil.

Setelah sampai di rumah, membawa bingkisan buat orangtua dan tetangga, Chairil langsung disambut teman-temannya. Bapak dan ibunya menyambut dengan ramah khas orang desa. Ibu pergi ke belakang hendak membawakan air minum dan makanan buat para tamu.

"Gimana hidup di kota, Ril? Pasti enak ya. Bisa beli apa-apa ada. Gadisnya cantik-cantik. Banyak gedung-gedung mewah. Gak kayak disini tiap hari lihat sawah terus." Hamim menggerutu

"Kata siapa enak. Tiap hari menghadapi kemacetan, polusi udara dan suara. Jarang lihat pepohonan hanya dikelilingi gedung. Seolah rutinitas itu-itu saja. Seperti robot. Justru di desa aku merasa benar-benar menjadi manusia lengkap dengan perasaannya." Chairil menjawab

Gunawan langsung menyaut

"Apalagi ada adagium Orang Desa itu udik. Kolot. Hingga ada ucapan "dasar ndeso" seolah orang desa begitu rendahnya. Padahal fakta berbicara justru Orang Desa itu mulia. Jadi, jangan percaya ucapan Orang Kota sebab Patokan Orang Kota hanyalah uang semata sedangkan Patokan Orang Desa adalah kemanusiaannya"

"Setelah aku pikir-pikir, kebiasaan orang desa justru lebih mengarah ke perilaku Nabi. Mari kita teliti satu per satu ya," Sambil menghitung pakai jari yang ditekuk satu per satu, Chairil mulai menghitung

"1. Nabi makan pakai tangan mengajarkan kesederhanaan, orang desa makan pakai tangan (muluk). Orang kota mengajarkan pakai sendok, 

2. Nabi menyuruh kita berbuat baik pada tetangga, tiap mensyukuri kelahiran dengan weton selalu kita menyedekahkan makanan berupa bubur ke tetangga, orang kota boro-boro mau, banyak alasanlah ribet,

3. Nabi menyuruh kita menjenguk orang sakit, orang desa kalau mendengar ada tetangganya yang sakit semua berduyun-duyun menjenguk pertanda kuatnya gotong royong, tanpa harus tau syariat Islam dengan sendirinya orang desa sudah mempraktikan perilaku Nabi, 

4. Nabi menyuruh hendaklah saling tolong menolong sesama muslim, orang desa kalau ada yang nikahan, acara kematian, atau acara membangun rumah, semuanya dengan kesadaran khas orang desa langsung membantu,

Coba orang kota pasti banyak pertanyaannya kan.. gak produktiflah, ada tuntunan dari nabi gak, atau kan itu bukan urusan saya.. Intinya orang kota pasti tidak punya rasa empatis khas orang desa."

"Saya hanya ingin ketika nanti pergi ke kota atau jadi orang kota, saya tidak ingin meninggalkan kebiasaan baik itu sebab memang kebiasaan orang desa lebih mulia daripada orang kota. Kalian juga ya ketika nanti berkeluarga dan menikah teruslah jadi orang desa yang membumi. Jangan tinggalkan kebiasaan baik khas orang desa."

"Ada 13 kharakter khas kebiasaan Orang Desa yang harus kita pegang dimanapun kita berada: 1. Pemalu, sungkan tapi suka menyapa 2. Pandai menjaga etika dan sopan santun 3. Orang Desa pekerja keras dan penurut 4. Orang Desa hidupnya mengalir seperti air 5. Orang Desa menerima apa adanya ( Nerimo ing pandum ) 6. Suka mengalah, kalem dan menghindari konflik,

7. Orang Desa gampang berbaur 8. Orang Desa masih memegang teguh tata karma 9. Orang Desa masih menjaga budaya dan adat istiadat yang baik 10. Orang desa arif dan ramah 11. Orang Desa masih menjaga pantangan (larangan/gak ilok) 12. Suka menolong prinsipnya mangan ora mangan sing penting ngumpul 13. Orang Desa masih ingat penanggalan khas daerahnya."

"Saya setuju dengan Chairil. Sebagai Orang desa yang punya kebiasaan baik khas orang desa. Tentu kita harus jadi orang desa. Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung." Ucap Rahman

Lalu Gunawan membacakan Puisinya Umbu Landu Paranggi yang berjudul "Apa Ada Angin di Jakarta"

Apa ada angin di Jakarta
Seperti dilepas desa Melati
Apa cintaku bisa lagi cari
Akar bukit Wonosari
Yang diam di dasar jiwaku
Terlantar jauh ke sudut kota
Kenangkanlah jua yang celaka
Orang usiran kota raya
Pulanglah ke desa
Membangun esok hari
Kembali ke huma berhati

Mereka kini sepakat bahwa harus menjaga dan terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan khas orang desa sebab jika dihitung memang kebiasaan orang desa lebih mulia daripada kebiasaan orang kota. Mereka juga kini mempelajari tanggalan jawa. Mereka sangat bangga jadi orang desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun