Pak Darsin langsung mencoba mengecek denyut nadi Darim dan kosong, Darim meninggal. Pak Darsin ketakutan, ia menangis sejadi-jadinya. Ia menggaruk-garuk seakan -akan ingin merobek wajahnya dengan tangan, frustasi. Air matanya membanjiri wajah.
Warga yang mendengar tangisan Pak Darsin yang keras bagai suara mesin pemotong pohon, berduyun-duyun datang. Mereka mendapati Darim tergeletak terbujur kaku dengan kepala bersimpah darah dan disampingnya ada Pak Darsin sedang membanjiri pipinya dengan air mata.
Pak Darsin langsung diringkus warga dan dibawa ke kantor polisi. Demikian Lira juga dibawa polisi akibat terbukti membiarkan kekerasan terjadi.
Jenazah Darim dikuburkan di pemakan umum dan di nisannya tertulis "Maafin Papa".