Hari ini aku dan Fajar sedang praktik kerja lapangan. Ada tugas untuk membuat rangkaian listrik. Kami mempersiapkan semuanya : kabel, saklar, baterai dsb. Kami belajar merangkai di sebuah mushola yang tak terpakai. Mushola milik mantan carik.
Tiba-tiba datang Bu Andin yang ikut mengamati praktik kerja lapangan kami. Bu Andin sedang mengandung anak buah cinta dengan suaminya. Ia adalah orang yang pernah dicintai Pak Guru. Takdir ternyata harus memisahkan mereka, dan kini mereka dipertemukan dengan kegiatan praktik rangkaian listrik.
Pak Guru terlihat gugup. Dalam hatinya ia senang bercampur sedih. Hatinya terasa hangat dan nyaman jika di dekat Bu Andin. Dalam hatinya pula ia bertanya-tanya untuk apa Bu Andin datang kemari. Melihat latihan praktik yang tidak berguna. Namun nyala cintanya membara walau sudah terlalu basah dengan air mata.
Bu Andin diam seribu bahasa. Mulutnya seakan terkunci, tetapi senyumannya terus membanjiri waktu.
"Tolong beli dioda ya, kita kurang satu komponen lagi. Kalian berdua tolong beli di Bu Ghofar?"
"Baik, Pak. " aku dan Fajar serentak menjawab
Kami bergegas pergi menuju Toko Bu Ghofur
Pak Guru pelan-pelan mendatangi Bu Andin yang duduk bersila dengan senyuman terus membanjiri.
"Mengapa kamu datang kesini, Ndin? Maafkanaku. Maafkanaku jika selama ini aku salah padamu. Aku meninggalkanmu sembilan purnama. Dan takdir ternyata harus membuat kita berpisah selamanya. " Pak Guru sampai bersujud pada Bu Andin. Ia menangis.
Bu Andin mencoba membangunkan Pak Guru dari sujudnya lalu Ia menampar pipi Pak Guru.
Ia tak bicara apapun, hanya senyuman dan air mata yang terus membanjiri. Mereka berpelukan dan terus menangis sesenggukan. Bahagia bercampur luka lara.