Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Misteri di balik Film "Sexy Killer dan Avengers End Game" yang Jarang Diketahui Orang

4 Mei 2019   18:33 Diperbarui: 4 Mei 2019   18:36 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Malem minggu, aye pergi ke bioskop...
Bergandengan, ame pacar nonton koboi...
Beli karcis, tau tau keabisan...
Jaga gengsi, terpakse beli cabutan...

Aduh emak asiknye...
Nonton dua duaan, kaye nyonye dan tuan...
Di gedongan...

Mau beli minuman...
Kantong kosong glondangan, malu ame tunangan...
Kebingungan...

Menurutku lewat lagu ini kita bisa belajar bagaimana kondisi perfilman di Indonesia. Bicara bioskop yang hanya untuk kelas menengah atas, tren film barat dan sasaran kawula muda yang merupakan jantungnya konsumen film.

Mengapa Hollywood bisa kuat sampai sekarang?

Membuat film bagus bukanlah perkara yang mudah. Bagus disini bukan berarti hanya fokus pada cerita film saja tetapi harus kuat dalam tiga infrastruktur yaitu produksi, distribusi dan eksebisi. Artinya diperlukan kekuatan dana yang besar jika ingin film tersebut laris dan besar. Dan hollywood memiliki seluruh aspek ini.

Infrastruktur produksi mencakup segala seluk-beluk pembuatan film, sejak tahap ide hingga hasil akhir berupa film yang siap diedarkan. Infrastruktur distribusi berhubungan dengan aspek penjualan dan perdagangan film-film yang telah diproduksi.

Sementara infrastruktur eksebisi berhubungan dengan aspek perbioskopan dan pemutaran film-film yang telah diperdagangkan. Di dalam infrastruktur eksebisi itulah terjadi perrjumpaan langsung antara produk dengan konsumen: tiket dibeli, pendapatan dicatat dan dikumpulkan, gaya hidup tercipta yang pada akhirnya melahirkan lingkaran konsumsi produk-produk Hollywood.

Lalu, apa yang bisa kita harapkan jika dominasi film Hollywood terlalu kuat sedangkan film Indonesia masih belum mau meningkat dari film back to basic ?

Semoga saja ada kesadaran bersama para produsen film untuk membentuk rumah film bersama dengan sistem produksi dan distribusi yang kuat sehingga diharapkan film Indonesia tidak menjadi tamu di rumah sendiri. Amerika punya Hollywood, India punya Bollywood semoga Indonesia juga punya yang wood-wood juga ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun