Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fakta-fakta R. A Kartini yang Jarang Diketahui Orang

21 April 2019   14:15 Diperbarui: 21 April 2019   14:25 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama lengkap Kartini adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat. Panggilan khas bangsawan, namun dalam sejarahnya justru Kartini maunya dipanggil Kartini saja. ( "Panggil aku Kartini saja" meminjam Istilah Pramoedya Ananta Toer ). Kartini lahir di Jepara, Hindia Belanda pada tanggal 21 April 1879.

Namun masih banyak fakta tentang Kartini yang nampaknya luput dari perbincangan banyak orang apalagi generasi milenial agaknya fakta-fakta berikut ini menjadi penegas apa saja yang diperjuangkan Kartini sehingga beliau sampai dijadikan pioner perjuangan emansipasi wanita.

1. Kartini meninggal di umur yang sangat muda yakni 25 tahun

Mungkin karena telinga kita sudah kadung mendengar lagu ibu kita kartini sehingga bayangan kita seolah beliau seorang ibu-ibu yang matang dan tua dengan lika-liku sejarahnya. Namun faktanya beliau meninggal di umur 25 tahun yakni pada 17 September 1904. Masih muda, bukan? Beliau meninggal saat melahirkan anaknya.

2. Kartini yang Cerdas dan Semangat Belajarnya yang luar biasa

Mengapa Kartini kita katakan cerdas dan pantang menyerah? Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana zaman itu serta sekolah formal hanya sampai umur 12 tahun tetapi wawasan ilmunya melampaui zamannya. beliau tetap semangat belajar dan kritis yang menuntutnya melawan tiga hal yakni patriarki ( sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi peran wanita ), Feodalisme ( sistem politik yang memberikan kekuasaan besar pada golongan bangsawan dan mengangungkan jabatan/pangkat) dan Kolonialisme ( penjajahan ).

Ketidaksetujuan pada tiga sistem ini pula yang membuat Kartini resah dan kritis sehingga ia melakukan perlawanannya dengan menulis surat korespondensi dengan teman-temannya di Belanda yang sebagian besar suratnya adalah mengkritisi tiga sistem ini yang terlanjur berkembang dan rakyat seolah tidak bisa melawan.

Ia juga gemar membaca misalnya beberapa karya Max Havelar, Karya Multatuli, surat kabar yang terbit di Semarang yaitu Delocomitef. Agaknya peran kakak kandung kartini yang bernama Sosrokartono ( kelak kakak kandung Kartini ini terkenal sebagai penerjemah liga bangsa-bangsa, wartawan perang pertama dunia, orang pertama yang menggambar gunung lawu dari atas sebelum adanya google map, mendirikan pusat pengobatan, filsuf dan terkenal pemahaman makrifatnya) yang menggerakan Kartini untuk semangat belajar.

3. Kartini Jadi Idola di Belanda dan Dunia

Banyak orang Eropa utamanya Belanda mengidolakan sosok Kartini sehingga di Belanda pun banyak nama jalan menggunakan Nama Kartini. Bahkan jangan kaget kalau setiap hari wanita dunia ada penghargaan yang bernama Kartini Prize yakni penghargaan bagi wanita yang berjasa bagi masyarakat di dunia.

Agaknya penghayatan Hari Kartini di Eropa justru malah lebih bermakna karena lebih menonjolkan aksi-aksi para wanita yang berjuang layaknya Kartini sedangkan mirisnya di Indonesia malah cenderung hanya dijadikan Hari libur semata atau paling banter hanya pake konde dan baju adat saja. Bukankah yang lebih penting justru penghayatan atas nilai-nilai yang ditawarkan Kartini, kan ? Semoga saja nanti ada penghayatan atas nilai bukan sekedar seremonial hari libur saja.

4. Kumpulan Surat Korespondensinya dijadikan Buku

Kumpulan surat menyuratnya yang berisi keresahan dan perlawanan dibukukan oleh J.H Abendanon yang berjudul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya adalah dari kegelapan menuju cahaya. Kartini mendapatkan inspirasi ini dari Kitab Suci Alqur'an yakni mina dzulumati ila nur.

5. Nama R.A yang punya arti berbeda

Kartini punya ibu kandung bernama Ngasirah ( bukan bangsawan ), ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang berpoligami karena system adat menuntut bangsawan harus menikah dengan bangsawan. Anak ke 5 dari 11 bersaudara. Tradisi kala itu wanita bangsawan yang belum dipingit bernama Raden Ajeng namun setelah dipingit ia berganti menjadi Raden Ayu. Agaknya sistem yang membelenggu ini pula yang membuat ia ingin melawan walau tentu keluar dari pakem tradisi membuat Kartini dikucilkan.

6. Di Indonesia hanya Kartini yang dijadikan Hari Emansipasi Wanita

Kritik tentang Mengapa hanya Kartini saja yang diperingati hari lahirnya tentu jangan diartikan seolah Kartini saja yang terkenal. Sebab masih banyak sosok wanita hebat Indonesia misalnya Cut Nyak Dien, Rohana Kudus dan Dewi Sartika. Syukur-syukur kita semua mau belajar kepada semuanya itu. Jangan sampai ada pandangan membenturkan gagasan mereka sebab kesemuanya punya niatan yang sama yakni ingin Wanita Indonesia maju dan merdeka.

Seperti yang dikatakan diatas mengapa Kartini yang lebih menonjol, mungkin karena memang Kartini menawarkan gagasan-gagasan yang melampuai zamannya. Bahkan lewat Kartini pula banyak wanita mau berbenah diri dan belajar. Dan yang paling jelas adalah Kartini yang lebih duluan alias dia yang paling tua diantara pejuang wanita Indonesia lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun