Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertarungan Jangka Panjang yang Kini Dilupakan

21 September 2018   10:24 Diperbarui: 23 September 2018   17:21 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Menuju Tahun 2019 Tahun Politik. Kondisi masyarakat baik di dunia nyata maupun maya mulai memanas, walau sudah banyak yang paham betul bahwa genderang konflik itu dimulai oleh para buzzer politik yang sedang bertarung citra dan kepemimpinan. Ditambah pula media yang tidak punya keinginan untuk mengedukasi sehingga beritapun terkesan menarungkan dan membuat heboh dengan judul dan isinya." Pak Cokro memulai obrolan dengan keresahan hatinya

"“Kita sudah belajar di Politik Uang Menuju Politik Koruptor , Rakyat Kepedasan Politik Cabai , Saat Kecintaan Politik Lebih Tinggi daripada Kecintaan kepada Nabi , Hakikat Sebuah Partai , Empat Janji Pemilu Damai , Pilkada Jangan Mau Dikadali  Mari kita belajar tentang pertarungan jangka pendek dan pertarungan jangka panjang. Diharapkan nanti kalau sudah memahami kita menjadi waspada dan tahu mana yang utama yang harus kita ambil dan kita kerjakan." Beliau melanjutkan

Sedangkan Tan dan Chairil kini mendengar dengan seksama. Mereka kini terlihat khusyu karena kondisi saat ini sudah mendekati chaos. Banyak yang saling curiga padahal mengaku sesama manusia, sesama bangsa pula.

"Menurut kalian berdua, Pilpres itu jangka pendek apa jangka panjang. Terus di Indonesia ini apa yang jangka panjang." Pak Cokro mulai mengeruk pertanyaan

"Pilpres jangka pendek sebab ada masanya yakni lima tahun." Ucap Tan

"Kalau buat Indonesia jangka panjangnya yakni persatuan, perdamaian, dan kemanusiaan." Chairil tidak mau kalah

Pak Cokro pun mulai menjawab,
"Ternyata kalian sudah paham bahwa yang harus kita kejar sebagai Bangsa Indonesia adalah jangka panjang. Persatuan, Perdamaian, Kemanusiaan. Kalau masalah pilpres kita ibaratkan mencari pasangan. Tentu sebelum adanya akad untuk mencari pasangan berbagai macam cara bisa dilakukan. Ada persaingan disitu. Ini pertarungan jangka pendek sebab kalau sudah menyatakan akad berarti pihak lain tidak bisa menelikuk sebab nanti namanya selingkuh. Tetapi jangka panjangnya nikah adalah tidak ada akhir artinya sudah tidak ada menang kalah lagi. Kalau kita menang pernikahan remuk, kalau kita kalah pun pernikahan remuk juga. Artinya pernikahan tidak kalah memang lagi. Inilah jangka panjang."

Chairil teringat sesuatu, ia pernah mau marah kepada Pram gara-gara masalah sepele.

"Begitu juga dengan debat dan marah itu jangka pendek sebab kalau pun kita menang aslinya kita kalah sebab kita berkurang teman. Artinya marah, menang debat, dan perilaku buruk itu jangka pendek. Jangka panjangnya adalah pertemanan, persatuan, persaudaraan dan perdamaian. Seandainya kita menyadari hal ini tentu kita akan berfikir seribu kali kalau marah dan mendzolimi teman sebab kita faham bahwa kita memperjuangkan jangka panjang yakni pertemanan dan perdamaian."

"Kita lihat saja sekarang, diantara pilpres ini mana yang memperjuangkan jangka pendek mana yang memperjuangkan jangka panjang. Kita harus fokus jangka panjang. Kita harus berjuang jangka panjang yakni persatuan, kemanusiaan dan perdamaian."

"Andaikan para politikus menyadari hal ini, ah tetapi mereka kan memang hanya ingin menang sendiri mereka berfikir jangka pendek. Mereka hanya ingin mengkayakan dirinya dan anggotanya. " Tan ngomel-ngomel

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun