Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Hujan Deras

10 Juli 2018   19:00 Diperbarui: 10 Juli 2018   19:19 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita tahu bahwa berita hoax, fitnah, adudomba yang menggerogoti Perdamaian baik skala individu, agama sampai negara terus menerus ada tiap detiknya.

Kita terjebak didalamnya dan mau tidak mau dijejali hal demikian. Apalagi kepentingan-kepentingan asing, perusakan moral, ajaran hedonisme, konsumerisme, komunisme, atheisme, liberalisme sampai perang dingin terjadi baik itu bentuk teks, video, gambar, maupun tindakan nyata.

Apakah kita hanya diam? Perlawanan apa yang bisa kita lakukan? Apa yang bisa kita lakukan sebagai sumbangsih untuk bangsa, agama dan negara?

Jawabnya adalah filosofi Hujan Deras. Kalau mereka menjejali diri kita. Maka kita juga bisa menjejali perlawanan mereka. Kita sebarkan secara terus menerus pengajian, kajian ataupun motivasi yang menguatkan perdamaian, Islam dan Indonesia. Baik lewat maya maupun nyata.

Guru-guru kita bertebaran. Cari guru yang mendamaikan dan mengayomi. Contohnya : Cak Nun, GusMus, Ustadz Abdul Somad, Usyadz Adi Hidayat, Buya Yahya, Habib Lutfi, Buya Syafi'i Maarif, Ustadz Hanan Ataki, dll.

Kajian dan Pengajian mereka sudah banyak bertebaran di internet. Marilah kita jadi hujan deras. Kita share, kita bagikan dan kita pelajari apa yang mereka ajarkan. Baik itu kita share ke medsos maupun dunia nyata.

Kita lawan pakai ini. Kita tidak boleh jadi yang diisi tetapi kitalah yang mengisi. Kita tidak boleh pasrah melawan derasnya serangan maya tetapi kitalah yang melawan hal itu. Salah satunya dengan berkarya, berbagi dan beramal.

Terkadang hati kecil kita bicara bahwa kan kita belum bisa melakukan hal itu kok kita share. Kita jarkoni. Kalau kita menyerah gara-gara ini berarti kita kalah pada perjuangan pertama. Berbagi ilmu itu harus dan problem melakukan atau tidak melakukan ada pada kita. Bukan pada share kita atau apa yang kita share. Bunyi peringatan itu adalah disamping kita perduli orang lain kita juga harus perduli dengan diri sendiri dan kita tidak boleh memilih salah satunya saja. Sebab perduli dengan diri dan orang lain sama pentingnya.

Jadilah hujan deras. Jangan menjadi pihak yang terkena hujan dan diam. Buktikan bahwa kita bisa jadi hujan deras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun