Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seri Ramadan, Puasa adalah "Training" untuk Manusia

16 Mei 2018   17:26 Diperbarui: 16 Mei 2018   17:35 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Marhaban ya Ramadan. Seperti Ramadan-Ramadan yang sebelumnya, gambaran sederhananya adalah awal Ramadan masyarakat sangat welcome dengannya bahkan seperti akan menyambut tamu yang sudah lama tidak berjumpa, masjid-masjid ramai sekali dengan orang yang beribadah sehingga banyak yang menginginkan alangkah indahnya kalau semua jadi Bulan Ramadan.

Namun nanti dipertengahan bulan ramadan bagaikan lampu yang akan redup justru kualitas dan semangat untuk ke masjid makin menurun. 10 hari pertama masjid penuh, 10 hari kedua masjid semakin sepi dan hanya 1 hari yang terakhir yakni Idul Fitri mendadak semua gegap gempita bagaikan lautan manusia.

Tentu ini kadarnya hanya terkaan semata sebab tidak bisa dipukul sama rata seperti hal itu, namun kalau di tempatmu demikian adanya maka kita perlu belajar lagi tentang puasa.

Puasa itu menahan. Baik secara rohaniyah maupun jasadiyah. Menahan untuk apa? Apa yang dikejar dari puasa? Apa yang seharusnya terjadi nanti jika berhasil menjalani puasa?

Pertama, Puasa adalah ibadah yang wajib dengan catatan ada juga yang diberi keringanan menurut fikih. Untuk apa? Supaya manusia menjadi bertaqwa. Artinya puasa semacam training atau gemblengan supaya manusia kelak kalau lulus idul fitri menjadi manusia baru yang benar-benar fitri. Dikarenakan puasa ini sifatnya rahasia maka siapa yang benar-benar lulus dan memfitri juga rahasia.

Orang bisa saja mengaku berpuasa di rumah kepada anak dan istri sementara di kantor makan dengan rasa tanpa berdosa. Maka kualitas puasapun jadi kosong. Sebab puasa juga menyangkut urusan rohaniyah. Harus lebih giat ibadahnya, harus baik kepada sesama, harus banyak baca qur'annya dan lain sebagainya. Tentunya harus ditopang dengan niat tulus karena Ridho Allah semata.

Kedua, Parameter puasa pun tidak bisa diukur dengan nanti kalau lebaran pakaiannya baru, mewah, dan perlente. Mengapa kalau lebaran mesti berpakaian baru? Sepertinya kita selama ini salah mengartikan baru. Fitri. Menang. Padahal hakekat yang baru disini semestinya adalah kita berubah menjadi manusia yang tambah baik secara vertikal maupun horizontal.

Goalnya fitri adalah kita mampu menjadi manusia yang lebih baik lagi secara sosial, ibadahnya maupun perjuangan hidupnya. Menjadi manusia yang tidak cengeng dengan masalah dan siap menyelesaikan masalah serta mampu mengendalikan perut dan yang dibawah perut.

Sadar atau tidak, puasa bak melatih kita untuk bisa menamengi diri kita dari nikmat dua hal itu dan mendayagunakannya sesuai tuntunan agama. Padahal seluruh kehidupan manusia dan apapun profesinya nanti akan kembali ke nikmat perut dan yang dibawah perut.

Puasa telah melatih kita namun mungkin kita tidak menyadari akan hal ini. Maka siapa yang bisa mengendalikan kedua nikmat tersebut setelah melewati bulan puasa berarti puasa ramadannya bisa jadi telah berhasil dan insyaAllahtelah fitri.

Ketiga, Puasa mengajari kita supaya bermental seorang pejuang. Juga seorang pahlawan. Buktinya adalah puasa mengajarkan kita menahan yang kita senang ( senang makan tetapi disuruh menahan makan) dan melampiaskan yang bisa jadi kita kurang senang ( sholat tarawih padahal biasanya sehari-hari hanya nonton televisi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun