Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membuka Lembaran Berita

16 Februari 2018   08:48 Diperbarui: 16 Februari 2018   08:59 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: dreamstime.com

Kita yang saat ini hidup di era digital dimana arus budaya, berita, kasus dan berbagai ragam sosial lainnya menjejali diri kita. Semuanya masuk ke dalam fikiran kita tanpa kita mau sadari bahwa apakah kita pantas ikut campur masalah itu atau apakah tanggapan kita ini bisa menyelesaikan masalahnya sekurang-kurangnya bisa menggembirakan pihak yang bersedih ataupun mendamaikan pihak yang bertikai.

Apakah jangan-jangan kita hanya sibuk memaki-maki saja pihak yang bersalah, tanpa mau berusaha menolong dengan cara menyadarkannya ataupun memberi dorongan pihak yang bersalah untuk mau mengakui kesalahan. 

Jangan-jangan kita malah justru senang dan merasa paling benar sehingga muntahan dari status kita, komen kita, tanggapan kita, twet kita ataupun chat kita hanya kegembiraan menghina dan menjatuhkan martabat pihak yang bersalah tanpa mau kita memberi solusi bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.

Penulis disini tidak akan menyebut inisial ataupun institusi. Semuanya merasa paling benar. Semuanya mempunyai pendapat. Problemnya adalah ketika ada pihak yang bersalah, pertanyaannya apakah pihak itu mewakili institusinya atau mewakili lembaganya. Jika dianalisis dengan hal ini maka pihak tertentu belum tentu mewakili institusi tertentu. Sebaliknya institusi tertentu belum tentu mewakili pihak tertentu.

Setelah kita mencermati dan menganalisis demikian,penulis berpendapat bahwa. Pertama , Saat menilai berita kita harus mencermati apakah berita tersebut bermanfaat untuk kita, minimal ada hikmahnya. Jika ada maka kita jadikan itu pelajaran buat kita. 

Apalagi jika sekiranya kita mempunyai gagasan / ide menyelesaikan masalah berita tersebut maka kita utarakan dengan tujuan memberikan solusi. Kita pun tidak perlu marah misalnya saat ide kita tidak dihargai karena tujuan kita menyampaikan kebenaran bukan mengeksekusi kebenaran. Kebenaran adalah mutlak dari Tuhan sedangkan manusia hanya sebatas menyampaikan.

Kedua , Jika kita tidak bisa menemukan ide/gagasan dalam mencermati berita tersebut maka kita cukup mencari bagaimana caranya menggembirakan pihak yang terluka atau meredam konflik yang terjadi dengan memberikan kesejukan dalam ucapan. Goalnya adalah tidak berkata yang bernada caci maki ( hate speech) di dunia nyata maupun di dunia maya. 

Tujuannya karena ujaran kebencian bukan hanya tidak menyelesaikan masalah justru menambah luka dan memperdalam masalah sehingga paling bijak adalah berkata yang baik atau jika tidak bisa cukuplah dengan diam. Diam disini bisa jadi tidak menulis tanggapan yang sekiranya menyulut api permasalahan baru.

Ketiga, Perlunya sikap menyadari bagaimana berinternet yang baik. Mencangkup penyuluhan masyarakat dan memberdayakan masyarakat pentingnya menjaga sopan santun dan ucapan di internet maupun di media sosial. Jika di dunia nyata,kita mungkin masih ada sikap malu jika mengomentari secara langsung sehingga mengomentarinya pun di belakang ( membicarakan kejelekan orang lain tidak secara langsung ) yang hal ini mirip dengan dunia maya dimana justru tanggapan atas berita sudah demikian bebasnya. 

Kita tidak mempunyai ruang untuk menjaga sopan santun sehingga tanggapan atau komenan berita menjadi liar dan tidak terkontrol. Diperlukanlah sikap sopan santun, menjaga ucapan dan sikap toleransi dalam menyikapi perbedaan pendapat. Debat boleh asal masih menjaga sikap menghargai pendapat, kita pun tak boleh memaksakan pendapat kebenaran kita pada orang yang juga punya pendapat kebenarannya sendiri. 

Kita harus mengakui bahwa setiap detik setiap menit akan muncul kaum baru netizen yang mereka juga harus didik bagaimana berinternet yang baik. Jika diruntut dari ini maka kembali ke masyarakat tersebut. Peran serta keluarga dan masyarakat harus terus memantau dan memberi penyuluhan bagaimana berinternet yang baik, dengan demikian akan tercipta masyarakat yang bisa menilai berita dari sudut pandang manfaat,solusi dan menggembirakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun