Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

LGBT yang Bikin Bete

23 Januari 2018   11:27 Diperbarui: 23 Januari 2018   11:34 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LGBT yang akronim dari Lesbian, gay, biseksual, dan transgender ternyata adalah istilah yang mulanya baru digunakan semenjak tahun 1990-an oleh kelompok-kelompok yang katanya memperjuangkan hal tersebut. Jadi, istilah ini pula yang akhirnya memunculkan kelompok-kelompok yang andil dalam pergerakan memperjuangkan hal ini. Yang dulunya terdengar penyakit lambat laun membesar menjadi kelompok-kelompok dan berusaha merubah doktrin masyarakat bahwa LGBT itu memang ada.

Pertama, Berangkat dari hal tersebut kita belajar dari sejarah manusia dulu. Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan. Nabi Adam As dengan Ibu Hawa, Bukan Nabi Adam As dengan Odom. Artinya secara genetika, manusia memang diciptakan berpasang-pasangan yakni laki-laki dengan perempuan.

Demikian juga jika kita melihat dari sisi seksualitas, Pasti berpasangan, Mata ada dua, Telinga ada dua, Tangan ada dua, Hidung lubangnya ada dua, demikian juga Penis pasti pasangannya juga Vagina, keluar dari hukum Tuhan jika Penis pasangannya penis, Vagina pasangannya vagina, penis vagina dengan unsur lainnya seperti hewan ataupun bongkar pasang alat kelamin.

Kedua, disebabkan manusia murni ciptaan Tuhan maka uncur-unsur itu semua mengikat sesuai jodohnya masing-masing, tetapi dalam khasanah kehidupan, seharusnya kita tidak mengenal LGBT sebab LGBT adalah penyakit yang sudah dikelompokan baru-baru tahun belakang ini. Namun kita mengenal Wandu, Banci atau Bencong. Dan perilaku demikian adanya tidaklah salah sebab memang ada lelaki yang unsur perempuannya lebih banyak, ada perempuan yang unsur lelakinya lebih banyak. Dan ini tidak masalah karena hanya masalah perilaku sehari-hari dan juga orang-orang demikian juga nyatanya menikah dengan lawan jenisnya. 

Dalam artian tidak salah sejauh ia tidak melakukan perzinaan. Artinya jika wandu, banci dan bencong hanya sampai perilakunya. Namun kalau LGBT hanya fokus ke perzinaannya, orang-orang LGBTpun sehari-hari tidak bisa dilacak dengan jelas layaknya Banci, Bencong dan Wandu yang tingkahpolahnya sudah jelas dari gerak gerik dan cara berjalannya.

Kalau LGBT cenderung memfokuskan ke perzinaan yang padahal jelas-jelas tidak ada itu LGBT. Artinya siapapun saja yang sudah terjerumus paham LGBT yang katanya cinta bebas sebebas-bebasnya adalah pandangan yang salah sebab LGBT hanya klaim sepihak dari manusia yang terkena penyakit yang dirinya sudah kalah dengan pandangannya sendiri. Ia sudah keluar dari realitas alam, keluar dari hukum Alam dan melanggar juga dari sisi seksualitas.

Dan paham ini jelas berbahaya sebab sudah menjadi kelompok-kelompok. Yang paling salah dari LGBT adalah saat melakukan perzinaan. Artinya dia ngegaspandangannya padahal dalam hatinyapun ia tahu bahwa ia salah. Kondisi semacam ini hanya orang tersebut yang bisa mengatasinya, bukannya kalah sama persepsi pribadi ataupun mencari kekuatan persepsi lewat komunitas LGBT yang nyatanya cenderung mengarah ke perzinaan. Padahal layaknya wandu, banci dan bencong mereka bisa ngerempandangannya dan inilah yang benar. Kemampuan untuk patuh kepada Tuhan, ngerempemikiran-pemikiran yang menyesatkan dirinya, menjauhi komunitas-komunitas LGBT adalah langkah yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang pemikirannya lemah dan mulai terjangkit penyakit syahwat ini.

Ketiga, Jangan menghina LGBT sebab ada LGBT yang diperbolehkan kalau menghina LGBT ini kita malah salah secara hukum agama yakni Lemper, Gethuk, Bikang dan Telo. LGBT ( Lemper, Gethuk, Bikang, Telo) itu nikmat selama orang itu mengerti mana lubang yang diperbolehkan dan mana makanan yang diperbolehkan. Hahaha.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun