Mohon tunggu...
Fatoni
Fatoni Mohon Tunggu... Lainnya - Hello World

Simple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Ibu Meiliana, Siapa yang Salah?

24 Agustus 2018   03:16 Diperbarui: 24 Agustus 2018   04:53 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita semua sepakat kalau masalahnya berurusan dengan TOA (selanjutnya saya menyebut speaker masjid dengan TOA). Perlu ada aturan khusus untuk penggunaan TOA di masjid dan mushola. Perlu ada pembatasan seperti suara volume dan tujuan penggunakan TOA itu sendiri. Namun, semua itu seharusnya kembali kepada masyarakat (fleksibel). 

Pihak minoritas di dalam masyarakat itu harus diberi ruang untuk bicara diminta pendapatnya. Pihak mayoritas juga harus mau mendengarkan suara dari pihak minoritas. Jika semua pihak bisa saling bertoleransi dan bertenggang rasa dalam urusan TOA, maka saya rasa tak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena sudah terjalin kesepakatan. 

Dan lebih penting lagi adalah sebaiknya dahulukan rasionalitas daripada emosionalitas saat menghadapi hal-hal yang tidak kondusif karena hal ini bisa meruncing menjadi masalah yang besar. Kita tahu bahwa hal-hal yang terkait dengan agama itu sangat sensitif sehingga kita harus jaga bersama-sama sensitivitas dari pemeluk agama, tidak hanya dilakukan mayoritas tapi juga minoritas. 

Kita harus belajar dari kasus-kasus serupa di negara lain, hanya persoalan sepele bisa menjadi kerusuhan, bahkan lebih mengerikan daripada sekedar perang kata di media sosial, atau ancaman bui bagi siapapun yang menyinggung agama. Ini bukan masalah yang remeh, hal seperti ini jika dibiarkan, akan menjadi bola liar yang ganas, dimainkan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin merusak persatuan bangsa, memecah belah NKRI, mengadu domba antara mayoritas dan minoritas di negeri ini. Sebaiknya kita sama-sama mengerti, belajar untuk memahami satu sama lain, belajar untuk bertoleransi sekaligus bertenggang rasa, menciptakan sinergitas antara mayoritas dan minoritas. Mari bersama kita memulainya...

Salam damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun