Mohon tunggu...
Aafajar
Aafajar Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Pembelajar Yang Tidak Pernah Pintar (email : aafajaroke@gmail. com)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Melihat Perjalanan ke Alam Kubur Saat Pulang ke Kampung Halaman

1 Juni 2019   11:23 Diperbarui: 1 Juni 2019   15:05 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Aa Fajar

Pagi itu sinar matahari masih malu-malu menampakkan dirinya. Sementara aku telah siap untuk pulang kampung tanpa rasa malu membawa isi dompet cekak. 

Rasa malu itu terkubur hidup-hidup oleh kerinduan akan kampung halaman tempat orangtua membesarkanku dengan penuh cinta kasih, dan juga tanpa malu ketika harus mengutang kepada tetangga untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. 

Wajah ibu, bapak,adik-adik dan keluarguku yang lain menguatkan niatku untuk pulang kampung tahun ini. Alhamdulillah, pemerintah DKI, Pak Gubernur Anis Baswedan memfasilitasi warganya yang ingin pulang kampung bersama gratis. Dan aku bisa daftar, jadi rumayan, uang ongkos bisa untuk keluargaku.

Tanpa menunggu sinar matahari menerangi bumi tempatku mencari nafkah, aku segera menuju monas tempat pemberangkatan mudik bersama itu. 

Dengan membawa tas berisi pakaian seperlunya dan sedikit kue pemberian dari si bos akhirnya aku sampai di monas yang sudah penuh dengan orang yang satu maksud denganku, yaitu pulang kampung. Kami satu maksud, tetapi beda tujuan kampungnya.

Aku sudah tidak sabar ingin agar pak gubernur segera memberangkatkan kami. Agar kami segera sampai di kampung halaman. 

Alhamdulillah, setelah sedikit mengantri, sedikit berjubelan, dan sedikit menunggu, akhirnya bis yang ku naiki berangkat juga.

"Selamat tinggal Jakarta, aku pulang dulu. Ibu, bapak, anakmu pulang".

Ucapku mengekspresikan kesenangan diri dalam hati. Hanya psikolog handal yang mengetahui betapa aku yang pendiam ini, yang sudah lima tahun tidak pulang, sangat gembira karena bisa pulang kampung tahun ini.

Kini monas sudah tidak  terlihat, di sekitar kami sudah terlihat mobil-mobil yang memenuhi jalan tol. 

Meski gratisan, bisnya sangatlah nyaman dan ber-AC. Udara dalam bis jadi terasa sejuk meski di luar sinar matahari telah berani menyengat bumi dan seisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun