Mohon tunggu...
Aafajar
Aafajar Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Pembelajar Yang Tidak Pernah Pintar (email : aafajaroke@gmail. com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Istikhoroh Guru PAUD Menjelang Pemilu 2019

14 Februari 2019   23:30 Diperbarui: 15 Februari 2019   05:13 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Aa Fajar

Pada  bulan Februari ini sepanjang jalan yang penulis lalui banyak terpasang spanduk bergambar orang yang mempromosikan diri untuk menjadi wakil rakyat atau calon legislatif.  Ada juga spanduk yang mempromosikan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Spanduk - spanduk tersebut terdapat di sepanjang  jalan raya maupun dijalan perkampungan yang penulis lalui ketika menuju tempat mengajar. Warna  - warna spanduk yang terpasang dipagar jalan, tembok dan tiang listrik itu mengingatkan penulis  pada sebuah lagu yang terkenal di Taman Kanak - Kanak ,yaitu Pelangi. Jika pelangi menghias angkasa, spanduk itu menghias jalanan.

Pemandangan tersebut  merupakan hal  biasa yang ada pada saat menjelang Pemilihan Umum. Sebuah acara besar yang menentukan arah Negara  Indonesia  yang besar ini.  Acara besar itu akan menentukan Negara Indonesia selama lima tahun kedepan. Karena dari acara besar itu akan terpilih wakil - wakli rakyat yang  membuat undang - undang, peraturan Negara ini dan juga akan terpilih Presiden dan Wakil Presiden selaku pemimpin nomor satu penentu kebijakan  di Negara yang berpenduduk 260 juta lebih ini.

Begitu sangat penting dan berpengaruh nya acara besar  yang sebentar itu bagi masa depan bangsa Indonesia. Suka atau tidak suka dengan acara demokrasi itu, acara itu akan tetap berlangsung dan akan menetapkan  masa depan Negara kita tercinta. Mau atau tidak mau untuk mengikuti acara besar itu, hasilnya akan menghasilkan kebijakan dalam negeri yang mau atau tidak mau harus kita taati.

Maka, tidak ada pilihan bagi Warga Negara Indonesia selain mengikuti acara besar lima tahunan itu, demi terpilihnya pemimpin - pemimpin Negara yang sesuai dengan pilihan rakyat yang merdeka. Tentu merdeka dalam hal ini adalah merdeka untuk menentukan pilihan berdasarkan pikiran yang matang dan hati nurani berketuhanan. Bukan berdasarkan katanya, atau mengikuti bujukan para tim sukses para peserta pemilu.

Penulis, sebagai warga negara yang berprofesi sebagai Guru PAUD  mendapatkan hak untuk memilih. Karena berpikir, maka setiap melihat spanduk -- spanduk tersebut timbul pertanyaan dalam hati  :

"Pilih yang mana ?".

"Mana yang terbaik dan yang memihak pada Guru PAUD ?"

Pertanyaan tersebut hadir karena penulis sebagai Guru PAUD sangat mengetahui keadaan Guru PAUD yang kehidupannya  jauh dari sejahtera. Sebuah profesi sangat penting di Negara ini, namun kesejahteraan nya sangat genting.

Sudah beberapa kali Negara ini berganti kepemimpinan, namun Guru PAUD belum lah sejahtera, bahkan semakin menjauh. Sementara tuntutan untuk mencerdaskan anak bangsa guna mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045 tidak bertoleransi dengan keadaan dapur para Guru PAUD.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat dasar sebagai pembangun pondasi kepribadian anak -- anak bangsa. PAUD, ibarat menanam bibit pohon. Jika proses menanamnya baik maka pohonnya akan tumbuh dengan baik. Namun, jika petaninya lalai karena memikirkan urusan dapurnya maka pertumbuhan pohon yang dirawatnya  nya akan tumbuh tidak sesuai dengan yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun