Mohon tunggu...
Rudi Handoko
Rudi Handoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bang Dullah di KPK

11 Agustus 2011   12:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:53 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah riuh rendah penangkapan Nazaruddin, tentu juga ada beberapa berita menarik yang sempat menyita perhatian publik, yakni tentang proses seleksi calon pimpinan KPK. Jika dikaitkan, hampir semua berita ini akan saling silang sengkarut. Bicara tentang Nazaruddin pasti akan terkait perihal KPK, bukan hanya karena Nazar ini buronan KPK, tapi juga karena Nazar berkicau tentang adanya unsur pimpinan dan pejabat-pejabat KPK yang terindikasi terlibat dalam silang sengkarut kasus hukum.

Tapi saya tak akan menceritakan tentang KPK, saya hanya menceritakan seorang tokoh, yang sebenarnya bukan baru, bukan juga tak pernah muncul di depan publik, tapi memang dulunya sepi dari pemberitaan. Sekarang, seiring tugasnya sebagai Penasehat KPK (periode kedua), juga sebagai bagian dari Komite Etik KPK untuk mengungkap mengenai keterlibatan para petinggi KPK seperti yang termaktub dalam nyanyian Nazar, sekaligus sebagai peserta yang lulus seleksi sepuluh besar calon pimpinan KPK yang baru.

Dia adalah Abdullah Hehamahua, lelaki kelahiran Saparua-Maluku. Bagi kalangan aktivis HMI, sosok Abdullah Hehamahua biasanya akrab dipanggil Bang Dullah. Namanya mungkin tak begitu terkenal, bahkan di kalangan HMI sendiri (terutama kader-kader di atas 2000an), meski ia pernah menjadi Ketua Umum PB-HMI, tapi kalah tenar jika dibandingkan dengan nama Cak Nur, Akbar Tanjung, atau yang sedang bermasalah sekarang Anas Urbaningrum.

Namun di kalangan aktivis Islam, di antara tokoh-tokoh HMI yang “agak keras” di era orde baru, setidaknya ia adalah tokoh yang mempunyai keberanian, sama seperti seniornya Bang Imad (Imaduddin Abdurrahim) yang pernah berseberangan dan menjadi “musuhnya” orde baru dan Mbah Harto kala itu. Jika Bang Imad pernah dipenjara, Bang Dullah pun sempat menjadi buruan aparat. Saking menjadi buruan aparat era itu, maka semenjak meletus peristiwa Tanjung Priok era 80-an, beliau memilih hijrah sementara ke negeri jiran Malaysia.

Nah, sekarang Bang Dullah dengan kesederhanaannya hendak maju menjadi pimpinan KPK. Melihat integritas dan keberaniannya, secara pribadi saya berharap mudah-mudahan Bang Dullah tidak terjegal, apalagi ketika proses pemilihan telah sampai di DPR, takutnya para “pendekar kawakan dari lembah tengkorak” di DPR menjegal Bang Dullah (dan boleh jadi juga menjegal Mas Bambang Widjojanto).

Track record hidupnya memang tidak banyak diketahui publik. Semenjak kembali dari Malaysia, kemudian pernah menjadi Anggota dan Wakil Ketua Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), kehidupan sederhana tetap lekat pada diri Bang Dullah. Sempat tinggal berpindah-pindah kontrakan, sampai akhirnya baru setahun lalu mampu melunasi rumah di dalam di kawasan Perkampungan di Sawangan Depok. Bang Dullah bahkan dikenal tak mau menggunakan fasilitas negara jika bukan sedang dalam masa kerja, termasuk tak mau menerima kunjungan di dalam ruangan kantor di KPK jika tidak terkait urusan pekerjaan. Bahkan baru pada periode kedua menjadi Penasehat KPK, Bang Dullah baru mampu mencicil mobil toyota avanza, setelah sebelumnya hanya menggunakan kendaraan umum untuk pergi ke kantor. Seperti dimuat oleh situs pelitaonline.com, mantan ketua MK Jimly Asshiddiqie mengisahkan, Abdullah kerap menolak tawaran minum di kantor pemerintahan.Karena ia lebih memilih minum dari botol air mineral yang selalu dia bawa ke mana pun.

Bang Dullah sebagai mantan aktivis pun kerap prihatin dan sering menghadapi dilema, bahwa ternyata yang sekarang banyak terjebak dan menjadi pesakitan karena korupsi adalah mantan-mantan aktivis organisasi mahasiswa, dan banyak pula diantaranya adalah mantan aktivis HMI.

Diceritakan pada dalam berita Jawapos… Sebagai mantan Ketua Umum PB HMI, Abdullah merasa prihatin karena banyak terdakwa korupsi yang kini ditangani KPK adalah para mantan aktivis organisasi mahasiswa, kebanyakan HMI. Tentu ini juga menjadi pertentangan batin tersendiri. Saat Amirudin Maula, Walikota Makassar yang dulunya kader HMI, disidik KPK karena dugaan korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran, dia sering ditelepon para aktivis HMI. Mereka merayu agar jangan sampai Amirudin masuk bui. "Saya jawab, semoga dengan masuk penjara bisa menjadi tempat untuk bertobat," jelasnya. ''Sebagai senior, lebih baik saya yang menghukum daripada harus orang lain. Itu lebih menyakitkan," tambahnya.

Mudah-mudahan juga jika Bang Dullah terpilih, maka ia lewat ujian pertamanya, berhadapan dengan beberapa juniornya juga yang disebut-sebut terlibat kasus korupsi oleh Nazar, yakni Anas, Andi, Sa’an, mungkin juga si-Zuki.

Semoga Bang Dullah tidak terjegal, tapi sepertinya saya juga mesti siap-siap kecewa, jika akhirnya DPR tidak meloloskan Bang Dullah (dan juga Mas Bambang Widjojanto). Karena mungkin DPR punya pilihan lain yang lebih baik (versi Husnudzon) atau memang DPR takut jika nantinya KPK dipimpin orang-orang yang berintegritas, malah menerkam DPR sendiri (versi dugaan negative thinking).

Sumber :

http://rimanews.com/read/20110806/37140/inilah-profil-calon-ketua-kpk-abdullah-hehamahua

http://www.centroone.com/news/2011/08/1a/mengapa-abdullah-dan-bambang-lebih-cocok-pimpin-kpk/

http://www.pelitaonline.com/read/politik/nasional/16/5257/jangan-jegal-abdullah-hehamahua/

http://www.detiknews.com/tokoh/4066/0/abdullah-hehamahua

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun