Mohon tunggu...
A Havizh Martius
A Havizh Martius Mohon Tunggu... Lainnya - Long life education

Mahasiswa Abadi

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Cita-cita Anak Perempuan

29 April 2021   08:53 Diperbarui: 29 April 2021   09:02 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya mendengar cerita anak perempuan saya yang ikut tes masuk sekolah lanjutan, tepatnya tes masuk pesantren di tingkat Aliyah (SMA) itu lewat telepon karena saya sedang di Bengkulu, dia dan ibunya di SUMBAR. Selesai anak saya menceritakan penguji yang bertanya tentang cita-citanya,  yang dia jawab secara asal saja yaitu ingin jadi dokter lalu HP dia serahkan ke ibunya. 

Lalu kami bahas cita-citanya yang dijawabnya asal tadi. Di akhir pembahasan saya sampaikan pendapat saya ke istri  bahwa menurut saya idealnya cita-cita seorang anak perempuan itu adalah menjadi istri atau pendamping dari seorang suami yang saleh + kaya. Tidak perlu seorang anak perempuan bercita-cita supaya nanti setelah dewasa menjadi seorang pekerja dalam rangka mencari duit walau sementereng apapun pekerjaan itu. 

Kalaupun nantinya seorang perempuan itu bekerja di sektor publik atau diamanahkan mengemban jabatan publik seperti direktur, guru, hakim, dokter, mentri dsb, itu adalah bonus dari jabatan utamanya sebagai seorang istri yang mendampingi perjuangan suaminya atau ibu yang menjadi guru pendidik dan contoh teladan bagi anak-anaknya. 

Bagi perempuan yang diamanahi pekerjaan atau jabatan publik maka itu adalah tambahan atau sampingan (bukan berarti sepele) dari jabatan utamanya sebagai istri dan ibu. Perempuan-perempuan yang diberi Allah kelebihan seperti dalam hal keilmuan dan kebijaksanaan tentu tidak dapat pula lepas dari pertanggungjawaban ilmiah yg diberikan Tuhan itu kepadanya. 

Apalagi zaman sekarang kesempatan menuntut ilmu bagi perempuan dan laki-laki sama. Seorang perempuan terpelajar dan terdidik tentu sangat bagus supaya dia menjadi hamba Allah yang lebih baik. Bisa menjadi ibu yang lebih berkualitas bagi anak-anaknya dan mendukung pengabdian suaminya serta secara langsung atau tidak menambah bobot atau kualitas umat.

Saya pesan ke istri supaya disampaikan ke anak perempuan kami,  kalau nanti ditanya orang lagi cita-citanya, jawab saja 'mau jadi istri salehah bagi lelaki saleh (+kaya)'. Sebenarnya saleh saja sudah cukup karena kesalehan dalam arti yang senarnya sudah bisa menjadi garansi dari kecukupan hidup, tetapi manusia sering 'merasa' tidak cukup dengan istilah hidup dicukupi. Ketika disebut kata 'cukup' atau dicukupi maka kadang yang muncul di benaknya adalah hidup  pas-pasan; pas butuh, kurang. 

Tetapi kalau disebut hidup berkecukupan barulah terbayang hidup berkelimpahan. Maka perlu juga kata saleh itu di-stressing dengan kata 'kaya'. Karena naluri wanita itu memang senang dengan kekayaan (tentu lelaki juga)",  dan itu cocok dengan hobi umumnya wanita yang suka shopping, ke pusat perbelanjaan atau ke tempat wisata, pokoknya bersenang-senang dengan orang-orang yang dicintainya. Tapi suami yang sadar dengan realitas ini akan menggandeng erat tangan istrinya kalau sedang jalan di pusat perbelanjaan, bukan karena alasan mesra tapi karena takut tangan istrinya leluasa mengambil banyak barang belanjaan.he..

Sehingga suami yang sedikit bicara tapi banyak transfer, lebih dicintai wanita dari pada suami yang banyak bicara apalagi banyak marah dan tuntutan tapi minim transfer. Jadi kalau ada anak perempuan bercita-cita menjadi istri dari suami saleh plus kaya, itu luar biasa. Kalau itu tercapai berarti sudah menang banyak, tidak perlu repot pontang panting cari uang.

Sebagai orang tua tidak perlu ngotot atau memaksakan anak perempuannya untuk bisa masuk sekolah favorit, kelas unggul atau perguruan tinggi ternama. Lebih baik masukkan dia ke sekolah yang mengutamakan pendidikan akhlak atau istilah jaman now nya pendidikan berbasis karakter. Zaman sekarang yang dunia tanpa batas karena tekhnologi super canggih ini sangat penting memasukkan anak terutama perempuan ke sekolah yang bisa menjaganya tidak leluasa bergaul dengan lawan jenis baik secara langsung maupun lewat HP. 

Dengan HP seseorang bisa mengatur pertemuan rahasia dengan siapapun seketika itu juga, dengan HP orang bisa melihat orang lain meskipun di kamar tertutup dalam keadaan terbuka. Remaja sedang dalam masa pubertas, hormon seks nya baru mulai aktif. Pergaulan dekat dengan lawan jenis yang didukung HP dapat membuat sebagian remaja putri jatuh cinta terlalu dini. Kalau remaja pria jatuh cinta kepada wanita,  maka dia mau mengorbankan semua uang jajannya untuk wanita yang dicintainya walaupun orang tuanya banting tulang cari uang untuk dia, tapi kalau wanita yang jatuh cinta apalagi kalau jatuhnya dalam maka jangkankan uang bahkan dirinya pun bisa dia serahkan kepada pria yang dia cintainya. Kalau ini terjadi pada remaja putri tentu dia seperti bunga yang layu sebelum berkembang. Atau yang lebih ekstrim lagi 'jatuh tapai'.  

Di samping dimasukkan ke sekolah yang terjaga keamanan anak didiknya dari pergaulan bebas,  tentu yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan langsung dari orang tuanya di rumah,  berusahalah untuk menjadi orang tua yang pantas diteladani oleh anak. Lebih baik banyak memberikan contoh yang baik kepada anak dari pada banyak perintah dan larangan. Contohnya; suka melarang anak main hp sementara dia sendiri lengket terus dengan hp,  nyuruh anak jujur sementara dia sendiri suka bo'ong, nyuruh anak sopan sementara dia sendiri kasar. Tidak usah menyiapkan anak perempuan  untuk menjadi mesin uang, atau untuk jadi orang tenar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun