Mohon tunggu...
A. Muna Zaeda S
A. Muna Zaeda S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remaja

Halo, semua! Sehat-sehat ya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Sosialisasi Emosi Orangtua dapat Memengaruhi Regulasi Emosi Buah Hati?

6 Desember 2022   20:16 Diperbarui: 6 Desember 2022   20:40 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Respon non-suportif Ayah maupun Ibu terhadap ekspresi emosi sang anak, berkaitan dengan tidak mampunya anak meregulasi emosinya.

Menurut Halberstandt (dalam Denham, Mitchell-Coppeland, Stranberg, Auerbach, dan Blair, 1997) ada tiga mekanisme sosialisasi emosi orang tua:

  • Modeling hypothesis, yakni cara orang tua mengekspresikan emosinya dapat mengajarkan secara implisit pada anak tentang emosi yang diharapkan dan emosi yang bisa diterima keluarga. Serta pada situasi tertentu bisa memunculkan emosi tertentu. Melalui ini, secara tidak langsung orang tua mengajarkan pada anak tentang mengontrol atau mneregulasi emosinya.
  • Contingency hypothesis, yaitu orang tua memberikan respon dukungan dalam membantu anak mengekspresikan emosi positif dengan maksimal, meminimalkan ekspresi negatif, serta dapat membedakan emosi yang satu dengan yang lainnya. Dukungan dari orang tua seperti menenangkan emosi marah anak, bisa menerima emosi yang sedang ada pada diri anak, hal itu dapat mengajarkan anak untuk meregulasi atau mengontrol emosinya.
  • Coaching hypothesis, yakni cara orang tua mengajarkan pada anak emosi itu berkontribusi pada reaksi anak terhadap emosi teman sebayanya. Ada dua tipe caranya, yang pertama orang tua sebagai "coach" yaitu orang tua menyadari emosi anak, terutama emosi negatif sang anak serta membantu anak meregulasi emosinya. Tipe yang kedua yakni orang tua sebagai "dismisser" yakni orang tua membantu anak tetapi mengabaikan pengalaman emosi anak. Misalnya ketika anak menangis orang tua menenangkannya (eksternal), lalu seiring berkembangnya waktu anak akan bisa menenangkan dirinya sendiri (internal).

Berdasarkan mekanisme-mekanisme di atas dapat kita lihat. Pada mekanisme sosialisasi emosi orang tua modeling, ibu lebih memiliki korelasi dengan regulasi emosi anak. Ibu yang lebih ekspresif dalam emosi positif dan kurang ekspresif dalam emosi negatif anak, maka anak akan memiliki regulasi emosi yang baik.

Sedangkan dalam mekanisme sosialisasi emosi orang tua contingency, ibu yang memiliki dukungan yang tinggi dalam merespon stress pada anak maka anak tersebut memiliki regulasi emosi yang baik. Namun, jika ibu kurang merespon terhadap emosi negatif anak dapat menjadi prediktor signifikasi regulasi emosi anak.

Pada mekanisme sosialisasi emosi orang tua melalui coaching, bahwa dalam emotion dismissing orang tua akan menjadikan anak memiliki regulasi emosi yang rendah. Maka secara singkat bisa dikatakan bahwa hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa sosialisasi emosi dari orang tua berpengaruh terhadap regulasi emosi anaknya.

Itu tadi penjelasan dari saya, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Sekian, see you!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun