Mohon tunggu...
A.Budiyanto
A.Budiyanto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Pegiat Literasi & Pendidikan

Teacher • Writer • Public Speaker on Education Instagram @ABudiyanto12 | Co-Founder Mulango.ID • Kadiv Inovasi Program Wonosobo Mengajar • Guru SDIT Salsabila Al Muthi'in | Pengajar Praktik (Pendamping) Program Pendidikan Guru Penggerak Kemdikbud RI | Wardah Inspiring Teacher 2020

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Surat untuk Semua, Belajar dari Serangan Negara Api

3 Oktober 2019   20:04 Diperbarui: 3 Oktober 2019   20:14 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
comicvine.gamespot.com

Hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi bulan, kebakaran hutan dan lahan di beberapa titik masih saja belum terpadamkan. Bahkan tahun demi tahun kebakaran hutan dan lahan ini masih terus saja berlangsung. 

Sungguh terkejut ketika salah satu petinggi DPRD Provinsi Riau menyampaikan kalau dana untuk pencegahan dan penanganan sangat minim, dan bahkan kekurangan.

Hey, kejadian ini sudah berkali-kali terjadi, dan bahkan suah menjadi musibah rutin setiap tahunnya. Mungkin itu juga alasan Pak Presiden kita, Presiden Jokowi, sempat marah dan menaikkan nada bicaranya ketika rapat terbatas dengan beberapa stake holder baik pusat dan daerah beberapa hari yang lalu. 

Tak pelak, karhutla memang membuat geram presiden. Sudah setiap tahun terjadi, tetapi tetap saja selalu terulang, dan terulang, bahkan penangananannya juga sama. Tidak ada inovasi lain atau tindakan lain.

Kalau sudah seperti ini, apa yang harus menjadi bahan evaluasi kita bersama?

Mungkin ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan evaluasi kita bersama, tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga untuk perusahaan-perusahaan dan masyarakat yang ada di daerah maupun masyarakat yang ada di negara manca.

Pertama. Perlu ada edukasi khusus untuk masyarakat yang ada di daerah rawan karhutla. Ajak mereka untuk tidak membuka lahan apapun alasannya. Berikan pemahaman kepada masyarakat bahwa lebih baik memanfaatkan lahan yang sudah ada, tanpa harus membuka lahan baru. Untuk perusahaan? 

Nah kalo ini, pemerintah perlu mengambil ketegasan khusus. Jangan ada lagi perusahaan nakal yang dengan seenaknya saja membakar hutan untuk menambah kantong-kantong pendapatan mereka.

Hmmm, mungkin pemerintah tidak perlu takut kehilangan investor ataupun berkurangnya pendapatan untuk menambah APBN. Pendapatan bisa diperoleh tidak hanya dari investor. 

Pendapatan bisa didapatkan dari sektor lain dengan memaksimalkannya. Pemerintah tidak harus mengorbankan alam, lingkungan dan bahkan hak-hak masyakarat untuk mendapatkan udara yang sehat dan bersih.

Kedua. kalau sudah seperti ini, karhutla sudah menyerbu dari mana saja, pemerintah perlu bekerja sama dengan perusahaan dan masyakarat sekitar. Pemerintah perlu memberikan ketegasan yang maksimal kepada perusahaan yang terbukti nakal dan mengundang "negara api menyerang". Investigasi dan mencari perusahaan yang nakal perlu dimaksimalkan.

Selain itu, pemerintah perlu mengajak masyarakat yang terbukti melakukan pembukaan lahan dengan pembakaran. Hal tersebut agar masyarakat tahu jerih payah pemerintah dalam memadamkan api, terutama di lahan gambut yang sangat sulit untuk dipadamkan. Walaupun sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah, kembali lagi investigasi untuk menemukan warga yang mengundang "negara api menyerang", harus dimaksimalkan.

Ketiga. Pemerintah perlu melakukan diplomasi dengan negara-negara tetangga. Ternyata, banyak perusahaan yang berasal dari negara tetangga yang melakukan pembukaan lahan dengan pembakaran. Seperti halnya yang dilakukan oleh Menteri Susi, menenggelamkan kapal nakal, mungkin bisa juga ada aksi yang tegas dari Menteri Siti. 

Perlu adanya ketegasan baik dalam pendaftaran atau investasi untuk membuka perusahaan di Indonesia, maupun ketegasan dalam menindak perusahaan-perusahaan nakal. 

Diplomasi ini perlu dilakukan agar pemerintah dari negara tetangga juga melakukan edukasi bagi para pengusaha yang akan menanamkan modal atau investasi di Indonesia, utamanya di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.

Selain itu, dalam diplomasi tersebut, jangan dilupakan bahwa isu lingkungan adalah isu global. Negara manca perlu ikut andil dalam penanganan karhutla ini. Dan perlu diingat juga bahwa Indonesia juga sebagai salah satu penyumbang oksigen terbanyak serta menjadi salah satu paru-paru dunia. 

Ya, sudah sepantasnya, bagi masyarakat bumi, yang ikut menikmati oksigen yang dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia, juga perlu ikut andil dalam penanganan kebakaran hutan yang oksigennya mereka nikmati.

Sebenarnya, apa salahnya kalau kita mengajak mereka, negara manca, dalam penanganan karhutla ini. Setidaknya membangun awarness dan peduli terhadap lingkungan juga perlu sama rata urgensinya dengan penanganan konflik di negara-negara yang sedang berkonflik. Walaupun , persamaan ini agak ekstrim, tapi sekali lagi, apa salahnya?

Pada akhirnya, ketika negara api menyerang, kita semua perlu melakukan persiapan atau langkah preventif yang matang, penindakan yang tegas, dan pada akhirnya penanganan di atas rata-rata. Kerja sama yang intens baik dengan masyarakat, perusahaan, antar pemegang kepentingan, bahkan dengan negara manca sangat perlu dimaksimalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun