Mohon tunggu...
A.L.y
A.L.y Mohon Tunggu... wiraswasta -

duniamu duniaku jua..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jiwa, Tubuh, dan Tujuan

28 Januari 2012   17:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:20 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Jiwa tercipta karena tujuan. Dan untuk mencapainya, maka jiwa memerlukan tubuh."

Hal ini terkait dengan keberadaan jiwa di dimensi kesemestaan. Mengingat dimensi di bumi (dunia) adalah materi, maka jiwa manusia juga perlu bermateri. Dan itu adalah tubuh duniawi, sebagai bentuk pencapaian dari tujuan awal jiwa diciptakan.

Karena berada di alam kematerian, maka di tubuhnya berlaku hukum materi. Yaitu yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan untuk keberadaan tubuhnya. Semisal sandang, pangan, papan., dan segala macam kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Seiring perkembangan jaman, hubungan jumlah populasi dengan daya dukung alam ternyata berdampak pada ketersediaan materi. Disisi lain, kemajuan teknologi yang berefek pada kemudahan jiwa memperoleh kebutuhan, pun juga meningkatkan akumulasi dari jumlah kebutuhan-kebutuhan tubuhnya. Dari yang sebatas primer, sekunder., menjadi tersier tak berhingga. Hal-hal tersebut tentu sangat berpotensi mengaburkan tujuan awal dari keberadaan jiwa dan tubuh.

Dengan kata lain, fenomena 'ketubuhan' ini membawa perubahan yang sangatlah besar. Sering kali jiwa terlena akan pencarian materi sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan tubuhnya. Alhasil, maka disinilah makna 'tubuh sebagai sarana pencapaian tujuan' bergeser menjadi 'tubuh sebagai tujuan'.

"Sudut pandangnya (menjadi) terbatas pada pemenuhan kebutuhan yang tak terbatas."

Dalam beberapa kemungkinan, khususnya bagi agama samawi. Hal ini bisa saja terkait dari 'kutukan dosa' memakan buah pengetahuan tentang hal baik dan hal buruk. Karena pengetahuan melahirkan teknologi, lalu kebutuhan, lalu keterlenaan akan keserakahan. Dan karenanya, ini semua yang membuat apa yang awalnya diciptakan baik, menjadi buruk.

Mengilustrasikan fenomena 'ketubuhan' dalam hidup bermasyarakat pun banyak contohnya. Semisal negara (tubuh administratif), tempat ibadah (gedung/ fisik bangunan), dll., yang awalnya tercipta untuk kebaikan (tujuan), berubah menjadi tempat yang memanjakan untuk memupuk materi (kebutuhan). Jiwanya lenyap entah kemana. Dan karena lanjur terlena dengan teknologi yang memanjakan, biaya perawatan 'tubuhnya' menjadi mahal.

Lebih mendetail, salah satu contohnya bisa dilihat dari bagaimana mahalnya biaya administratif di institusi pendidikan., yang salah satu alasannya adalah biaya perawatan dan operasional gedung. Menjadi ironi karena kemewahan tersebut malah digunakan untuk 'melacur tubuh' guna menarik minat para calon konsumennya (calon mahasiswa), sebagai simbol 'jiwa yang baik'.

Menyimak teknologi yang diterapkan pada 'tubuh' (bangunan) dari ilustrasi diatas, mahalnya biaya operasional terjadi karena biaya listrik peralatan-peralatan elektroniknya. Sangat disayangkan karena hal ini sebenarnya dapat diminimalkan dengan penerapan sistem bangunan pintar yang menghargai alam. Semisal konseptual rancang bangun di iklim tropis yang memperhatikan aspek pencahayaan maupun pengudaraan alami, sehingga penggunaan lampu dan pendingin ruangan dapat diminimalkan hanya pada ruang dan waktu tertentu saja. Karena terlanjur dibangun, maka solusi penghematan diterapkan. Mulai dari pembatasan jam kerja karyawan, pembatasan penggunaan fasilitas-fasilitas pendukung, dsb. Pada intinya, malah mengaburkan tujuan utama dari esensi pendidikan. Belum lagi ditambah faktor manusia yang sering kali boros energi, menyia-nyiakan kebaikan alam.

"Kesalahan sudut pandang terhadap jiwa, tubuh dan tujuan hanya akan menyelesaikan masalah dengan masalah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun