Mohon tunggu...
Tahta Alfina
Tahta Alfina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Seorang pecinta sastra, mendamba sunyi yang bukan sepi, menjadi serumpun bunga adalah keinginanku, menjadi versi terbaik diriku itulah caraku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hal Paling Menenangkan di Dunia

1 Juli 2022   01:02 Diperbarui: 1 Juli 2022   01:14 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Disuatu kesempatan aku terduduk di tempat yang cukup nyaman untuk mengerjakan tugas yang beberapa hari sudah kutunda pengerjaannya. 

Disela jenuh pengerjaan "tugas terakhir", ku sebut demikian sebab ini adalah tugas akhirku di jenjang strata 1 yang aku juga tak mengetahui apakah akan melanjutkan studi ke strata 2 atau bahkan strata 3, tidak menutup kemungkinan untuk semua itu. 

Karena dilanda kebosanan, aku bersandar pada sandaran kursi rotan, lalu ku edarkan pandangan ke sekitar. Aku yang detik ini juga sedang mengeluh atas semua fenomena yang terjadi dikehidupanku. 

Seketika terhenti pada satu sudut pandang, terlihat tiga orang pemuda sedang saling berbincang dengan gaya mereka, berinteraksi tanpa membuat keributan di working space tempat kami bersibuk dengan urusan masing-masing. 

Ketiganya saling berinteraksi dengan isyarat, berupa gerakan tangan, jari jemari yang mengisyaratkan beberapa huruf yang tak kumengerti, juga dengan mimik muka yang menggambarkan ekspresinya dalam mengungkapkan suatu maksud supaya lebih jelas, mereka sedang saling bercerita. 

Disini, ditempat aku terdiam dan sedikit memandang kearah tersebut beberapa saat, yang ku tahu, mereka sangat tidak mengganggu penghuni lain ruangan ini. 

Aku terdiam kembali mengembalikan edaran mata ke laptop di hadapanku.

Aku menghela nafas sejenak, dan mengingat, hal apa yang menjadikan seseorang kembali "tenang" dari hiruk pikuk dunia yang mencemaskan, kecemasan atas apa yang esok akan terjadi, membeku dalam pikiran atas kejadian yang bahkan belum pasti akan terjadi, semua hanya menjadi jelma dan prasangka, begitu amat merisaukan. 

Aku tergugu, termangu sendiri, betapa 'SYUKUR' itu menenangkan. Ketika kita mengingat, bahwa harus, wajib dan patutnya diri ini bersyukur atas berlimpahnya nikmat yang telah tercurahkan bagi seorang hamba. 

Nikmat yang sangat hebat, hingga eluh dan lelah terasa sirna seketika. Menjelma menjadi syukur yang mulai tergali, lagi dan lagi pada setiap kejadian yang akhirnya dapat tersampaikan, terselesaikan satu persatu. 

Syukur atas kelengkapan nikmat yang menempel pada diri ini, jiwa ini, tubuh ini, sebuah ciptaan yang sempurna oleh Tuhan untuk kita, hamba yang sering lupa yang hanya mendamba lebih, dan selalu merasa kurang. 

Padahal inilah sebuah kesempurnaan nikmat dalam balutan syukur yang menghadirkan tenang yang tiada berujung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun