Mohon tunggu...
Mahani Faiza
Mahani Faiza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi

Mahasiswa jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lonjakan Harga Sumber Protein Hasil Ternak terhadap Laju Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta

6 Desember 2022   00:39 Diperbarui: 6 Desember 2022   00:50 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tingkatan inflasi dapat dilihat dari naiknya harga barang secara umum. Pengendalian inflasi dan stabilitas ekonomi masih menjadi salah satu tantangan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya provinsi D.I. Yogyakarta. Menurut Bank Indonesia, inflasi di D.I. Yogyakarta 2017 berada dalam sasaran target inflasi nasional dengan pencapaian sebesar 4,20% (yoy) dan tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 2,29% (yoy). Inflasi adalah salah satu indikator dalam perekonomian yang digunakan untuk mengukur stabilitas ekonomi suatu wilayah. Inflasi adalah kecenderungan harga-harga barang naik secara umum dan terus-menerus. Dari definisi tersebut, jika kenaikan harga barang atau jasa terjadi hanya pada satu atau dua komoditas, kondisi ini tidak bisa disebut inflasi dan bisa juga tidak disebut inflasi jika terjadi pada satu periode waktu yang sesaat. Tingkat inflasi dapat dilihat salah satunya dari Indeks Harga Konsumen (IHK), dimana perubahan IHK menunjukkan perubahan harga dari barang atau jasa. Namun pada tahun 2017 di D.I. Yogyakarta, inflasi dapat ditekan agar tidak lebih tinggi lagi dengan adanya kelompok bahan makanan, kelompok kesehatan, dan kelompok makanan. Sehingga pada tahun 2018 inflasi di daerah Yogyakarta lebih rendah daripada inflasi Nasional dan menjadi inflasi terendah dibanding provinsi lain di daerah Pulau Jawa. Pada tahun 2019 inflasi provinsi D.I. Yogyakarta relatif terkendali yaitu sekitar 2,99% dibanding inflasi  Nasional. Akan tetapi peningkatan inflasi seperti ini juga dapat dipengaruhi oleh pola high season liburan yang disertai beberapa komoditas pangan yang memasuki masa tanam.

Pangan merupakan komoditas strategis dalam proses pembangunan sumber daya manusia sebagai pemenuhan konsumsi utama. Berdasarkan sumbernya pangan dibedakan menjadi dua, yaitu pangan yang berasal dari hewan disebut pangan hewani dan pangan yang berasal dari tumbuhan disebut pangan nabati. Namun, melihat fungsi pangan sebagai pemenuhan konsumsi masyarakat, harga pangan yang berfluktuasi berdampak terhadap perekonomian. Terjadinya kelangkaan pasokan dan tingginya permintaan masyarakat terhadap pangan dapat menimbulkan gejolak harga pangan. Sehingga peningkatan harga pangan berdampak terhadap inflasi. Dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014 menjelaskan bahwa aspek keseimbangan ketahanan pangan, meliputi ketersediaan, aksesibilitas dan stabilisasi harga pangan. Furlong dan Ingenito, mengatakan bahwa fluktuasi harga pangan dapat dijadikan indikator inflasi karena mempunyai respon yang sangat cepat terhadap berbagai guncangan ekonomi, seperti supply dan demand shocks, dan guncangan bukan ekonomi seperti bencana alam. Lonjakan inflasi pada kelompok bahan makanan merupakan alur tahunan yang sering terjadi di akhir tahun. Penyebab utama hal tersebut karena masuknya musim tanam pada beberapa jenis tanaman pangan dan hortikultura, serta pertambahan permintaan terhadap daging ayam dan telur ayam. Dari lonjakan harga yang terjadi pada akhir tahun, terutama komoditas pangan hewani asal ternak, perlu mengetahui pengaruh komoditas pangan hewani asal ternak terhadap inflasi. Karena komoditas pangan hewani asal ternak seperti daging sapi, daging ayam dan telur ayam telah memberikan kontribusi yang besar bagi pangan masyarakat.

Pada analisa deskriptif provinsi D.I. Yogyakarta periode 2019, daging sapi mengalami kenaikan karena tingginya permintaan masyarakat menjelang hari raya idul fitri, daging ayam mengalami fluktuasi dimana harga daging ayam mengalami penurunan dan peningkatan selama beberapa periode, hal ini disebabkan karena mekanisme dagang peternak ayam lebih banyak didominasi kemitraan perusahaan dibanding swadaya masyarakat, telur ayam sangat mengalami fluktuasi dengan pencapaian harga tertinggi dipicu karena lonjakan permintan ko nsumet menjelang hari raya natal  dan tahun baru menjadi faktor tingginya harga di provinsi D.I. Yogyakarta.

Pada hasil Impuls Responce Function (IRF), harga komoditas ternak direspon oleh inflasi dan dalam jangka panjang mendekati suatu titik kestabilan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga komoditas ternak menimbulkan dampak yang permanen.Namun kenaikan harga pada beberapa peeiode (2017-2019) terjadi sementara hingga menuju titik kestabilan. Sehingga  guncangan harga komoditas daging sapi, daging ayam serta telur ayam tidak terlalu berdampak pada laju inflasi di provinsi D.I. Yogyakarta.

Pada analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), Komoditas pokok ternak yang paling dominan dalam menjelaskan keragaman inflasi provinsi DIY yaitu daging ayam sebesar 1.57%. Daging ayam merupakan sumber protein hewani paling mudah didapatkan di provinsi D.I. Yogyakarta. Hal ini mengakibatkan nilai konsumsi daging ayam di provinsi DIY relatif besar. Oleh sebab itu kenaikan harga daging ayam mempengaruhi naiknya produk pangan umum lainnya.

Berdasarkan pembahasan diatas selama tahun 2017-2019 di provinsi D.I. Yogyakarta harga komoditas daging sapi dapat dikatakan stabil, sedangkan harga komoditas daging ayam dan telur ayam berfluktatif dan cenderung mengalami peningkatan. Akan tetapi guncangan harga komoditas hasil ternak tersebut tidak terlalu berdampak pada laju inflasi di provinsi D.I. Yogyakarta, guncangan hanya terjadi pada awal periode saja sedangkan pada periode selanjutnya stabil pada titik keseimbangan. Komoditas pangan hasil ternak yang sangat berpengaruh pada laju inflasi adalah daging ayam dan urutan selanjutnya adalah telur ayam hal ini terjadi karena daging ayam merupakan sumber protein hewani yang sangat banyak ditemukan di provinsi D.I. Yogyakarta.

Sumber: 

Pengaruh Harga Komoditas Pangan Hewani Asal Ternak Terhadap Inflasi Di Provinsi D.I. Yogyakarta.

https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/ecobisma/article/view/1774

Ilustrasi pembelian daging di pasar menjelang hari raya Idul Fitri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun