Mohon tunggu...
Alex Pandang
Alex Pandang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian Matahari

9 Februari 2018   09:36 Diperbarui: 9 Februari 2018   09:58 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi sumber dream. co. id)

Aku mendengar nyanyian matahari. 

Saat rekah rekah itu kembali datang. Merayap diatas alang alang tua lalu memecah butir butir empun meleleh tanpa syarat. 

Kita menyentuh pagi. Nyanyiannya terdengar dari timur. Merambat ke hati. Hingga jiwa jiwa terbuka. 

Lalu dengan ingatan manusia akan bertepuk dada. Diatas tangannya sendiri. Beberapa kisah akan tertulis di sudut senja. 

Aku mendengar nyanyian matahari. 

Lalu kutatap bocah bocah kecil itu menghangatkan doa doa mereka ditepian tungku api yang terus menyala. 

Dalam secangkir kopi ayah kembali menyeruput mimpi. Ia hendak merawat dan meneguknya hingga matahari terbenam.

Dengan nyanyian ibu mulai memungut rindu meramunya jadi kehidupan. Menebarnya serupa dongeng diatas tanah. 

Terlalu biasa. Hanya kita yang tahu artinya. Aku tak ingin seperti kebanyakan. Melihat tapi tak berhenti. Mendengar tapi tak menjawab. 

Aku mendengar nyanyian matahari.

Sillu, 9/2/18

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun