Mohon tunggu...
Alex Pandang
Alex Pandang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surga Kesepian

19 November 2017   21:41 Diperbarui: 19 November 2017   23:06 2703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi, sumber : Pixabay.com)

"Surga, surga, dan surga lagi!" gumam Ali di siang bolong itu dengan wajah sedikit kusam dan dihiasi peluh yang berjatuhan begitu sering.

"Sudahlah kawan, jangan terlalu banyak dipikirkan" sanggah Lukas, seusai  mendengar Ali kembali bergumam dengan rasa penuh putus asa.

"Ini semua ulahmu" ujar Ali menyalahkan Lukas sahabatnya itu.

"Andai saja tak kau paksa aku untuk mengikuti sharing  dan ceramah dengan ulama di waktu itu aku mungkin tak akan pernah berpikir tentang kemana hidup kita jika mati nanti!, sekarang di kepalaku terus bergemuruh dan tergiang-ngiang kata kata surga dan neraka, Sial!!."kembali ia mengumpat!

"Sudahlah, bro, itu hanya kebetulan saja daripada harus membersihkan ruangan kepala sipir mending lebih bagus mendengar ulama berceramah kan?Coba saja, perluas sedikit caramu berpikir, bukan cuman kita berdua di muka bumi ini yang sering terbentur dengan hal kecil semacam ini" Lanjut Lukas.

Ali tak membalas dengan sepatah katapun ceramah kecil sahabat karibnya itu, mereka berdua lantas membisu beberapa saat, dan hanya sesekali bertatap muka. Sambil terus mengintai cafe di seberang jalan dengan serius. 

---------------------

Sementara itu di kejauhan tampak sepasang suami istri berpakian neces dan rapi berjalan begitu cepat meninggalakan cafe mewah langganan mereka dimana keduanya sering menghabiskan waktu untuk makan siang. Mereka tampak berbicara serius menuju parkiran mobil mereka dan setelah masuk ke mobilnya mereka pun melaju di keramaian kota. 

Cafe itu memang tempat yang lumayan terkenal di kota itu. Biasanya tengah hari seperti ini banyak langganan mereka berdatangan untuk menghabiskan waktu makan siang disitu, ada juga yang sering membuat janji untuk pertemuan-pertemuan bisnis dengan pura-pura makan siang di tempat mewah itu, walau mungkin mereka sebenarnya tak benar-benar lapar, ini adalah kebiasaan yang sudah membudaya di kota setengah berkembang itu.

"Apalagi yang kau pikirkan?" kembali Lukas bertanya kepada Ali yang semenjak tadi terlihat semakin tidak bergairah, atau mungkin saja memang benar-benar ia telah kehilangan gairah.

Ali dan Lukas sudah berdiri di seberang cafe itu sejak sejam yang lalu. Mereka memilih duduk dan mengamat-amati setiap orang yang masuk keluar di cafe itu dengan teliti sementara tak ada satupun orang yang peduli dengan keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun