Mohon tunggu...
Rustan Ambo Asse
Rustan Ambo Asse Mohon Tunggu... dentist -

Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin makassar, sekarang berdomisili Berau Kaltim

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Desa Warabal: Ketika Senja dan Matahari Terbit

23 Februari 2010   03:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:47 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu telah membimbing setiap hari menuju peraduan, matahari akan berselimutkan warna-warna jingga di ufuk barat, awan di langit akan berarak-arakan dengan bentuk mirip negeri lain maha indah. Senja yang pelangi.

Aku duduk pada sebongkah batu, memandang lekat dan taksim pada pasir putih yang bertebaran. Persis seperti beberapa keindahan kecil yang terlupakan oleh manusia, dan hanya bisa diingat dan disyukuri jika duduk sendirian, kontemplasi dan mencoba memahami, siapa dan untuk apa aku alhir ke bumi?

Desiran ombak sebuah desa kecil, gubuk-gubuk penduduk berjejer dengan bentuk yang sama, kecil mungil dengan tiang-tiang miring. Sebagian rumah yang dihuni oleh beberapa di antara mereka yang beruntung memiliki bentuk yang berbeda, rumah bangunan batu yang sederhana, tapi sudah sangat mewah jika dibandingkan dengan gubuk tadi.

Kami harus menambatkan speedboath itu, puskesmas keliling ini harus kami jalani dengan menginap disetiap desa yang menjemput kami dengan senja dan malam yang mEnghampiri. Sebuah petualangan yang tak terlupakan.

Penduduk desa biasanya akan berdatangan di sore hari, mereka yang nelayan akan bersileweran di pantai, sementara para petani ladang akan kasak-kusuk kembali dari kebun-kebun mereka, memikul sagu. Makanan khas bagi masyarakat kepulauan Aru maluku.

Aku menikmati pantai, pohon-pohon kelapa di sisi kanan desa warabal menjulang berselang-seling, memamerkan dedaunannya yang bergoyang indah di terpa angin sore.

Para nelayan bergegas berdatangan, mereka menenteng hasil laut berupa kepiting dan ikan-ikan laut. Setelah seharian menggantung budidaya rumput laut di beberap tempat, tentunya dengan arus yang tepat agar rumput laut itu akan tumbuh mekar dan lebat. Mencari ikan hanya selingan dari pekerjaan utama ini.

Malam sebentar lagi tiba, seorang penduduk tersenyum dan berujar, sore ini memang indah di pantai, tapi kesunyian dan keindahan pagi hari menjelang matahari terbit tak kalah fenomenalnya. Kala itu matahari akan beringsut dari peraduan dan keluar dengan segar dari ufuk timur, bola merah jingga itu akan memantul di air laut yang tenang, menghangatkan hamparan pasir putih membentang karena air laut telah surut sejak subuh.

Pohon-pohon kelapa itu akan melepaskan embun-embun yang membasahi, takjub menerima kehangatan matahari yang hangat pada setiap juluran dedaunannya yang hijau menghijau.

ketika malam itu, beberapa saat penduduk yang kelelahan melepaskan penat dengan cara berkumpul di serambi rumah-rumah, anak-anak akan naik sepeda dan saling kejar di bawah terpaan bulan.

Bagi sebagian penduduk akan menawarkan kepada kami harga sejinjing dendeng rusa, ikan kering dan tanduk rusa yang unik dan antik.
beberapa lampu jalan yang bersumber dari listrik tenaga surya menerangi dengan redup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun