Mohon tunggu...
Galih Satria H
Galih Satria H Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar menulis

ASN milineal yang sangat mendambakan proses kerja terbuka terhadap fleksibilitas,kreatifitas,dan inovasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PPDB Berbasis Zonasi, Lunturnya Image "Sekolah Favorit"?

24 Juni 2019   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2019   17:48 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerimaan Peserta Didik Baru sekarang sangat berbeda dari jamanku nyari sekolah dulu di tahun 2006. Apa yang berbeda, jamanku mencari sekolah dulu benar-benar murni tes dan hasil dari Ujian Nasional. Melalui Ujian Nasional lah jalan untuk masuk menjadi siswa di sekolah yang dikategorikan " favorit". Hanya siswa dengan nilai UN yang diatas 8,5 saja yang bisa masuk sekolah tersebut, tentunya susah buatku yang pinternya pas-pas an. Syukur alhamdulillah, aku masih bisa masuk sekolah negeri walaupun sekolah tersebut dianggap sebagai sekolah negeri biasa.

Tapi sekarang tentunya sudah berbeda dari jamanku dulu. Sekarang ini, semua siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk dapat masuk ke sekolah "favorit". Karena 90% nya adalah jalur zonasi atau bahasa umumnya adalah berdasarkan jarak rumah dengan sekolah, sisanya adalah jalur prestasi dan jalur perpindahan tugas orang tua.

Apakah dengan adanya sistem zonasi ini akan melunturkan image "sekolah favorite" yang telah lama melekat?. Bisa jadi seperti itu, karena dengan sistem zonasi, tidak hanya siswa berprestasi saja yang bisa masuk, tapi siswa dengan prestasi yang pas-pasan juga memperoleh kesempatan yang sama.

Selain itu, dengan adanya sistem zonasi juga membuat sekolah negeri non favorit menjadi tidak kalah pamor. Mengapa demikian? karena jauh sebelum adanya sistem PPDB zonasi, sekolah negeri non favorit selalu memiliki image "sekolah lemparan dari sekolah favorite". Bahkan ada seorang ibu  yang berkomentar " yang penting anakku bisa di sekolah negeri" setelah tau nilai UN anaknya tidak memenuhi standard sekolah negeri favorit di Jogja.

Kembali ke kata " favorite", sebenarnya apa sih yang membuat sekolah di jaman dulu mendapatkan image seperti itu. Ada beberapa hal ternyata :

1. Alumni

Sebuah sekolah yang mendapatkan label "favorite" dari masyarakat karena berhasil mencetak alumni-alumni yang terkenal dan besar namanya. Alumni yang telah sukses tersebut bisa mendongkrak nama dari sekolah tersebut.

2. Fasilitas pendidikan yang lengkap

Image " favorite" muncul karena sekolah tersebut memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap. Jaman aku SMP ataupun SMA jelas nampak sekali bedanya. Ketika dijamanku SMP yang dilabeli sebagai sekolah "favorit" sudah memiliki laboratorium bahasa, sementara sekolahku belum tersedia padahal sama-sama berstatus sekolah negeri.

3. Kualitas guru

Kualitas guru di sekolah yang dilabeli "favorite" dengan sekolahku sangat jomplang. Sekolah favorit selalu mendapatkan guru yang unggulan secara prestasi. Bahkan banyak guru di sekolah favorite yang selalu menang dalam lomba karya ilmiah.

4. Kemampuan ekonomi orang tua.

Yups, yang terakhir ini juga hal yang paling menyakitkan buatku ketika aku sekolah dulu. Sekolah favorite identik dengan wali murid yang kaya raya dan orang berada, beda dengan sekolah negeri biasa yang kebanyakan wali murid dengan penghasilan pas-pasan.

Mungkin, PPDB secara zonasi diterapkan agar tidak ada lagi image " sekolah favorit " atau "sekolah negeri biasa" .  Yang jadi PR sekarang adalah dengan adanya PPDB zonasi ini yang disasar adalah sekolah berstatus negeri, tapi bagaimana nasib sekolah yang berstatus milik swasta? Semoga ada jalannya, Jangan sampai dengan adanya PPDB zonasi ini malah membuat sekolah swasta mengalami kekurangan siswa. Positif thinking aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun